KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca buruk, awan tebal, angin kencang, dan hujan lebat masih terjadi akhir bulan Agustus 2025.
Untuk bulan September, Oktober, dan November 2025, angin cenderung berkumpul di barat Sumatera dan bergeser menuju ke arah selatan.
"Faktor lain seperti kejadian bulan Juli yang lalu, hujan lebat di Jakarta, di wilayahnya banjir di beberapa lokasi itu, ini berkaitan dengan salah satu faktor adalah aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), yang hanya terjadi di daerah ekuator atau daerah tropis ya. Daerah kita ini, sepanjang Afrika, Indonesia, sampai ke Amerika Selatan ya. Kondisinya seperti ini saat ini, (indikatornya sudah) warna coklat itu, dia (sudah) tidak aktif," ujar Kepala Kelompok Kerja Prediksi Iklim BMKG, Indra Gustari dalam webinar, Kamis (28/8/2025).
Baca juga: Cegah Hujan dan Banjir Rob, BPBD DKI Gelar Operasi Modifikasi Cuaca
Suhu muka laut di wilayah Indonesia saat ini masih hangat. BMKG memprediksi, hingga Februari 2026, suhu muka laut di wilayah Indonesia lebih hangat 1 derajat Celcius dibandingkan rata-rata 30 tahun terakhir.
Berdasarkan laporan pemantauan BMKG di 4.700 titik pengamatan di seluruh Indonesia, hujan terjadi di beberapa daerah. Meski, ada daerah yang tidak hujan selama lebih dari dua bulan seperti Bali dan Nusa Tenggara.
BMKG memprediksi, sebagian besar wilayah akan mengalami hujan dalam 10 hari ke depan, tetapi beberapa daerah akan mengalami kekeringan lebih dari tiga minggu. BMKG mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis, dengan tingkatan waspada, siaga, dan awas, berdasarkan lamanya periode tanpa hujan.
Bahkan, beberapa daerah seperti Maluku dan Papua, justru diperkirakan mengalami curah hujan tinggi. Sedangkan wilayah lain seperti Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur, malah berpotensi mengalami kekeringan secara meteorologis.
"Jadi, di periode Juli dan Agustus, padahal biasanya puncak musim kemarau, 2025 ini hujannya justru tinggi. Dan, di bulan Oktober, November itu sebagian (daerah) sudah mulai ada musim hujan, hujannya sudah tinggi. Hampir seluruh Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi itu berada pada musim kemarau, walaupun kemaraunya masih banyak hujan," tutur Indra.
Menurut Indra, sebesar 62 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau yang lebih banyak hujan atau kemarau lebih basah.
Baca juga: Riau Masih Darurat Karhutla, Operasi Modifikasi Cuaca Digelar Sepekan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya