Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DLH: RDF Rorotan Pangkas Sepertiga Sampah Jakarta ke Bantargebang

Kompas.com, 23 September 2025, 17:35 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta, mengungkapkan bahwa Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, membantu mengurangi sepertiga sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang.

Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) DLH DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko, menyebut saat ini Bantargebang tak lagi mampu menampung sampah warga Jakarta. Fasilitas RDF Rorotan bakal mengelola sampah dengan kapasitas 2.500 ton per harinya.

"Semua sampah yang masuk dari Jakarta ke Bantargebang kurang lebih 7.500 sampai 8.000 ton per hari. Kalau ini (RDF) berhasil 2.500, paling enggak kita mengurangi beban yang ada di Bantargebang sepertiga sampah Jakarta," kata Agung di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Selasa (23/9/2025).

Pembangunan RDF Rorotan, lanjut dia, merupakan hal yang krusial bagi Jakarta menyelesaikan permasalahan limbah. Apalagi, tak semua rumah tangga memilah sampah organik dan non organik.

Baca juga: Ahli ITB: RDF Rorotan Aman, Masyarakat Jangan Khawatir

Alhasil, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membangun fasilitas pengelolaan sampah di atas lahan seluas 7,8 hektare tersebut. Pembangunan RDF Rorotan rampung pada Februari 2025 dan langsung masuk tahap uji coba pada Maret.

Namun, kala itu muncul penolakan dari warga sekitar karena bau dan asap dari cerobong. Menurut Agung, bau timbul karena sampah sempat menumpuk terlalu lama di bunker sebelum diproses.

"Ketika melakukan uji itu, kami menempatkan alat pemantau kualitas udara. Yang menjadi parameter benar atau tidak, sesuai aturan standar mengenai kualitas kebauan," papar Agung.

"Pengujian pun dari laboratorium yang terakreditasi. Kami pakai lab luar, ketika dilakukan uji, ini memenuhi (baku mutu emisi)," imbuh dia.

Pemprov DKI lantas memperbaiki sistem pengendalian pencemaran. Apabila sebelumnya hanya ada satu unit deodorizer untuk menyedot bau di area bunker, kini pihannya menambah tiga unit yang tersebar pada area hanggar, gudang, residu, hingga tempat pemrosesan.

"Intinya di hanggar kami sudah tidak bau lagi dengan adanya penambahan deodorizer," tutur Agung.

Ia pun memastikan, sejak awal pembangunannya fasilitas RDF Rorotan mengantongi dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Pihaknya turut melibatkan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) guna menyelesaikan permasalahan bau maupun emisi di RDF Rorotan. 

Keluhan Warga

Diberitakan sebelumnya, warga Perumahan Jakarta Garden City (JGC) Cakung, Jakarta Timur, berharap agar RDF Rorotan tak beroperasi lagi dan ditutup.

Baca juga: RDF Rorotan Bakal Beroperasi Lagi, DLH DKI Pastikan Tak Ada Bau ke Permukiman

“Harapan kami RDF Rorotan bisa ditutup karena akan sangat mengganggu lingkungan terkait pencemaran udara sampai dengan bau tidak sedap," ucap Ketua RW 14 Perumahan JGC, Didik Ari Prasetyo, saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (11/9/2025).

Dengan adanya pencemaran udara, Didik khawatir apabila kesehatan warganya justru terganggu. Ditambah lagi, pengelola RDF Rorotan disebut belum mampu menunjukkan Amdal pabrik sampah tersebut ke warga sekitar.

Menurut Didik, warga berhak mengetahui jelas dampak apa saja yang akan muncul ketika RDF Rorotan beroperasi karena jaraknya yang hanya 800 meter dari perumahan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Pemerintah
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
LSM/Figur
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Pemerintah
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Pemerintah
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Pemerintah
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Pemerintah
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
LSM/Figur
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Pemerintah
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Pemerintah
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
LSM/Figur
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Pemerintah
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
LSM/Figur
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Pemerintah
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Pemerintah
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau