Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat

Kompas.com, 18 November 2025, 16:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber esgdive

KOMPAS.com - Laporan terbaru dari lembaga nirlaba lingkungan Ceres memperingatkan meski sebagian besar perusahaan telah meningkatkan praktik pengelolaan air sejak 2023, namun perubahannya tidak cukup cepat.

Ceres mengungkapkan perusahaan-perusahaan besar di sektor teknologi, pakaian jadi, minuman, dan makanan--empat industri yang memerlukan banyak air, mencapai kemajuan dalam target keberlanjutan air, tetapi tidak merata dan tidak cukup cepat.

Melansir ESG Dive, Senin (17/11/2025) laporan terbaru ini menilai perusahaan pada skala 15 poin terhadap masing-masing dari enam Ekspektasi Korporat untuk Menilai Air (Corporate Expectations for Valuing Water).

Itu adalah enam standar yang ditetapkan Ceres mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan dalam manajemen air yang bertanggung jawab.

Baca juga: Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan

Standar ini tidak hanya panduan, tetapi juga alat penting bagi investor global untuk menekan perusahaan agar meminimalkan dampak negatif mereka pada air tawar hingga tahun 2030.

Enam ekspektasi tersebut mengukur bagaimana perusahaan memengaruhi ketersediaan air, kualitas air, ekosistem, serta akses terhadap air dan sanitasi dalam rantai nilai mereka.

Sasaran ini juga menilai pengawasan dewan direksi dan keterlibatan kebijakan publik, menurut Ceres.

Perusahaan dikelompokkan berdasarkan pencapaian 35 persen, 50 persen, atau 75 persen dari 90 poin yang dimungkinkan.

Dari 71 perusahaan yang disurvei Ceres untuk analisis tolok ukur kedua tentang praktik pengelolaan air perusahaan, hanya satu yang mencapai lebih dari 75 persen kemajuan menuju tujuan keberlanjutan dan konservasi air tahun 2030.

Sementara 48 dari 71 perusahaan meningkatkan skor mereka sejak 2023. Kendati demikian kemajuan tidak terjadi pada skala yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan air yang semakin meningkat.

Peningkatan ini didorong oleh tindakan yang lebih kuat di sebagian besar ekspektasi perusahaan, beserta pengungkapan yang diperluas tentang dampak dan ketergantungan terkait air, seringkali melalui pelaporan yang sejalan dengan Arahan Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan Uni Eropa.

Perusahaan terus menunjukkan kinerja terbaik dalam hal ketersediaan air, karena mereka terus menetapkan target dan meningkatkan strategi, menurut laporan tersebut.

Baca juga: Air Pegunungan atau Air Tanah Dalam? Saatnya Kita Jujur

Dibandingkan dengan tolok ukur sebelumnya, kinerja kualitas air masih paling lemah, karena masih kurangnya inklusi rantai pasok dan target kontekstual, menurut laporan tersebut.

Akan tetapi beberapa skor perusahaan juga mengalami penurunan yang berasal dari penyempurnaan metodologi tolok ukur, dan penurunan yang lebih besar karena perusahaan sedang dalam proses memperbarui strategi air mereka, menetapkan ulang target, atau merestrukturisasi pendekatan pengelolaan.

Laporan juga memperkirakan pada 2050, lebih dari 30 persen dari PDB global akan terpapar kelangkaan air.

"Tolok ukur 2025 menunjukkan bahwa meskipun beberapa perusahaan telah membuat kemajuan, sebagian besar masih jauh dari mencapai ketahanan air pada tahun 2030," ujar Sara Traubel, pimpinan bidang lingkungan di Quantis Swiss dan penulis kontributor laporan.

"Hanya dengan menilai air dengan tepat, perusahaan dapat memperkuat ketahanan mereka terhadap perubahan iklim," tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
Pemerintah
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau