KOMPAS.com - Laporan Global Water Monitoring Report dari Bank Dunia mengungkap pasokan air dunia menurun dengan cepat.
Laporan global berjudul Continental Drying ini didapat setelah para peneliti menganalisis data terperinci yang belum pernah ada sebelumnya.
Para peneliti dari Universitas Twente memberikan kontribusi penting pada bagian yang mengungkapkan berapa banyak air yang kita gunakan, ke mana air tersebut mengalir, dan bagaimana kita dapat menggunakannya dengan lebih bijak.
Melansir Phys, Senin (17/11/2025), data baru ini pun memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi area di mana air digunakan secara efisien dan di mana air tidak digunakan secara efisien.
Baca juga: BRIN Ciptakan Teknologi Ubah Air Kotor Jadi Layak Minum, Jawab Krisis Air di Daerah
Selain itu, laporan tersebut menekankan bahwa perdagangan global yang produknya intensif air memainkan peran sangat penting dalam turunnya pasokan air dunia.
Produk intensif air sendiri merupakan barang-barang yang membutuhkan sejumlah besar air dalam proses produksinya.
"Penggunaan air telah meningkat sebesar 25 persen dibandingkan dua puluh tahun yang lalu," kata Rick Hogeboom, profesor madya dan salah satu penulis laporan tersebut.
"Peningkatan ini terutama terlihat di daerah-daerah yang sebelumnya kekurangan air dan di mana pengeringan skala besar kini telah terukur," katanya lagi.
Dalam studi ini, peneliti memetakan konsumsi air global dalam resolusi sepuluh kali sepuluh kilometer. Pemantauan resolusi tinggi semacam ini belum pernah diterapkan pada skala global sebelumnya.
Penggunaan air yang berkelanjutan harus seimbang. Hogeboom menganalogikannya dengan rekening bank supaya mudah dipahami.
Baca juga: Di Balik Panja AMDK: Krisis Penyediaan Air Minum dan Isu Lingkungan yang Terabaikan
"Anda bisa menghemat air, tetapi jika terus menariknya lebih banyak daripada yang disetorkan, maka sumber daya air itu pada akhirnya akan kering. Sama seperti saldo rekening bank yang terus berkurang tanpa setoran," katanya.
Menurut para peneliti, sekitar 25 persen dari konsumsi air global mengalir ke ekonomi global.
Ambil contoh saja sweater katun yang dibuat di Pakistan tetapi dijual di negara lain.
"Memproduksinya membutuhkan banyak air, sementara kekurangan air di Pakistan sudah akut. Ini menunjukkan bahwa air bukan hanya sumber daya lokal tetapi juga sumber daya global. Oleh karena itu, solusi juga harus mempertimbangkan di mana kita memproduksi apa, dan apa yang kita impor dan ekspor," terang Hogeboom.
Lebih lanjut, laporan menunjukkan bahwa krisis air global dapat diselesaikan melalui perubahan praktis dalam pertanian. Penghematan satu per tiga di sektor ini akan menghasilkan jumlah air yang sangat besar.
Selain itu penggunaan lahan yang lebih cerdas, sistem irigasi modern serta manajemen yang lebih baik juga memungkinkan dalam penghematan air.
"Kita sekarang memiliki gambaran yang lebih jelas tentang di mana letak kesalahannya dan oleh karena itu kita tahu di mana dapat melakukan intervensi," papar Hogeboom.
Baca juga: Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya