Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub

Kompas.com, 18 November 2025, 20:30 WIB
Sri Noviyanti

Editor

KOMPAS.com – Upaya membangun ekosistem inovasi yang tangguh dan berkelanjutan di Indonesia memasuki babak baru.

Tim Nusantara Innovation Hub (NIH) bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat (AS), Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo, di Konsulat Jenderal RI San Francisco untuk membahas peluang kolaborasi strategis dalam pengembangan startup, teknologi, dan talenta digital.

Pertemuan yang dihadiri inisiator NIH, Ray Rizaldy, Mohamad Iqbal, Mukit Hendrayatno, Anita Ratna Faoziyah, Heri Susanto, dan Lucky Hatreztyo, tersebut menjadi langkah penting dalam menempatkan Indonesia sebagai pemain inovasi global yang tak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membangun solusi jangka panjang untuk keberlanjutan.

Sebagai informasi, mulai Januari 2026, NIH akan mengirimkan Founder Startup Indonesia ke AS untuk mengikuti program akselerasi selama 1 hingga 2 tahun. Program ini memungkinkan mereka mengembangkan perusahaan langsung di ekosistem teknologi Silicon Valley.

Baca juga: Menaruh Percaya Ide Sillicon Valley Indonesia

"Inisiatif ini membuka jalan bagi talenta dan startup Indonesia untuk terhubung langsung dengan ekosistem inovasi global," ujar Ray Rizaldy.

Pihaknya, kata Ray, ingin memastikan Indonesia hadir lebih kuat, tidak hanya sebagai pasar, tetapi sebagai pencipta solusi global.

Selain itu, NIH memperkenalkan Nusantara Student Innovation Bootcamp, yakni program yang membekali mahasiswa Indonesia di AS dengan keterampilan kewirausahaan, akses mentor internasional, dan peluang kolaborasi lintas industri sebagai kontribusi penting bagi kesinambungan talenta teknologi Indonesia.

Kolaborasi strategis dengan pemain teknologi dunia

Sebelumnya, NIH telah melakukan diskusi dengan sejumlah perusahaan teknologi besar di Sillicon Valley, termasuk Amazon, Meta, dan Plug and Play. Pertemuan ini menghasilkan komitmen kolaborasi nyata yang akan memperkuat jembatan inovasi Indonesia–AS.

Baca juga: Ekosistem Startup ASEAN Mulai Pulih, Indonesia Diprediksi Pimpin Pemulihan

"Dari beberapa diskusi yang telah dilakukan, akan ada kerja sama lanjutan secara konkret, khususnya dengan Plug and Play yang merupakan salah satu akselerator terbesar di Sillicon Valley," kata Wakil Ketua NIH Mohamad Iqbal.

Plug and Play dikenal sebagai salah satu akselerator paling berpengaruh di dunia dengan portfolio perusahaan yang mencakup unicorn, seperti PayPal, Dropbox, dan Lending Club. Kerja sama ini membuka akses langsung bagi startup Indonesia ke jaringan investor, mentor, dan corporate partners global.

Membangun jembatan inovasi Indonesia–Silicon Valley

Didirikan untuk menghubungkan ekosistem startup Indonesia dengan pusat inovasi dunia, NIH hadir di tengah momentum positif ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai 146 miliar dollar AS pada 2025. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

"Dengan dukungan KBRI, NIH siap menjadi jembatan kolaborasi antara talenta Indonesia, diaspora profesional, dan pusat inovasi AS untuk mendorong percepatam ekosistem startup naisonal," tambah Rizaldy.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau