KOMPAS.com – Upaya membangun ekosistem inovasi yang tangguh dan berkelanjutan di Indonesia memasuki babak baru.
Tim Nusantara Innovation Hub (NIH) bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat (AS), Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo, di Konsulat Jenderal RI San Francisco untuk membahas peluang kolaborasi strategis dalam pengembangan startup, teknologi, dan talenta digital.
Pertemuan yang dihadiri inisiator NIH, Ray Rizaldy, Mohamad Iqbal, Mukit Hendrayatno, Anita Ratna Faoziyah, Heri Susanto, dan Lucky Hatreztyo, tersebut menjadi langkah penting dalam menempatkan Indonesia sebagai pemain inovasi global yang tak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membangun solusi jangka panjang untuk keberlanjutan.
Sebagai informasi, mulai Januari 2026, NIH akan mengirimkan Founder Startup Indonesia ke AS untuk mengikuti program akselerasi selama 1 hingga 2 tahun. Program ini memungkinkan mereka mengembangkan perusahaan langsung di ekosistem teknologi Silicon Valley.
Baca juga: Menaruh Percaya Ide Sillicon Valley Indonesia
"Inisiatif ini membuka jalan bagi talenta dan startup Indonesia untuk terhubung langsung dengan ekosistem inovasi global," ujar Ray Rizaldy.
Pihaknya, kata Ray, ingin memastikan Indonesia hadir lebih kuat, tidak hanya sebagai pasar, tetapi sebagai pencipta solusi global.
Selain itu, NIH memperkenalkan Nusantara Student Innovation Bootcamp, yakni program yang membekali mahasiswa Indonesia di AS dengan keterampilan kewirausahaan, akses mentor internasional, dan peluang kolaborasi lintas industri sebagai kontribusi penting bagi kesinambungan talenta teknologi Indonesia.
Sebelumnya, NIH telah melakukan diskusi dengan sejumlah perusahaan teknologi besar di Sillicon Valley, termasuk Amazon, Meta, dan Plug and Play. Pertemuan ini menghasilkan komitmen kolaborasi nyata yang akan memperkuat jembatan inovasi Indonesia–AS.
Baca juga: Ekosistem Startup ASEAN Mulai Pulih, Indonesia Diprediksi Pimpin Pemulihan
"Dari beberapa diskusi yang telah dilakukan, akan ada kerja sama lanjutan secara konkret, khususnya dengan Plug and Play yang merupakan salah satu akselerator terbesar di Sillicon Valley," kata Wakil Ketua NIH Mohamad Iqbal.
Plug and Play dikenal sebagai salah satu akselerator paling berpengaruh di dunia dengan portfolio perusahaan yang mencakup unicorn, seperti PayPal, Dropbox, dan Lending Club. Kerja sama ini membuka akses langsung bagi startup Indonesia ke jaringan investor, mentor, dan corporate partners global.
Didirikan untuk menghubungkan ekosistem startup Indonesia dengan pusat inovasi dunia, NIH hadir di tengah momentum positif ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai 146 miliar dollar AS pada 2025. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
"Dengan dukungan KBRI, NIH siap menjadi jembatan kolaborasi antara talenta Indonesia, diaspora profesional, dan pusat inovasi AS untuk mendorong percepatam ekosistem startup naisonal," tambah Rizaldy.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya