Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional

Kompas.com, 22 November 2025, 19:03 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peralihan dari baggage towing tractor (BTT) diesel ke BTT listrik menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi energi dan mendukung aksi mitigasi krisis iklim di sektor transportasi udara.

Untuk mempercepat transisi tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana merevisi ketentuan standarisasi BTT dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara (KP Dirjen Hubud) Nomor 635 Tahun 2015. Aturan yang berlaku saat ini masih berfokus pada standar BTT diesel berbahan bakar minyak.

"Justru itu kami sedang menyiapkan perubahan terkait dengan standarisasi peralatan ini, yang mana dengan kerangka acuan tadi bisa secara menyeluruh. Misalnya, terkait bilamana terjadi emergency, untuk pemadaman api akibat kebakaran dari aki baterainya ini seperti apa, ini akan menjadi bagian dari kita melengkapi daripada aturan untuk implementasi dari BTT elektrik ini," ujar Kepala Sub Direktorat Sistem Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bandar Udara, Kementerian Perhubungan, Cece Tarya, dalam webinar, Rabu (19/11/2025).

Baca juga: BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen

Terkait potensi limbah baterai seiring meningkatnya penggunaan BTT listrik, Kemenhub menegaskan bahwa tanggung jawab penanganan tetap dibebankan kepada operator bandara. Pengelola bandara dapat bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola limbah B3 sesuai standar nasional.

"Sehingga, dalam hal ini, ketentuan BTT listriknya belum menjadi detail, tetapi sudah tersuratkan di dalam KP Dirjen Hubud 635," tutur Cece.

Selain transisi ke BTT listrik, upaya mitigasi krisis iklim di sektor udara juga mencakup pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Penggunaan biofuel pada pesawat serta pemasangan PLTS untuk penerangan dan prasarana transportasi menjadi bagian dari strategi Kemenhub.

Langkah lainnya adalah penghijauan di sekitar bandar udara melalui penanaman pohon yang dipilih secara selektif.

"Ini selektif jenis pohon yang ditanamnya, untuk bagaimana supaya tidak mengundang ekosistem burung yang bisa berdampak terhadap (operasional) bandara nantinya," ucapnya.

Sebelumnya, Peneliti Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN, Mohamad Ivan Aji Saputro, mengungkapkan bahwa dari total 683 bandara di Indonesia, baru dua yang menggunakan BTT listrik, yakni Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) dan Bandara I Gusti Ngurah Rai.

"BTT listrik saat ini digunakan hanya di bandara-bandara besar. Temuan kami di lapangan bandara-bandara lain masih menggunakan BTT jenis diesel," ujar Ivan.

Baca juga: Emisi 20 Bandara Setara 58 PLTU Batu Bara pada 2019

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Pemerintah
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
LSM/Figur
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Pemerintah
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Swasta
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Swasta
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
Pemerintah
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Swasta
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Pemerintah
Cerita dari Pulau Obi: Reklamasi Tambang Tak Sekadar Menanam Ulang
Cerita dari Pulau Obi: Reklamasi Tambang Tak Sekadar Menanam Ulang
Swasta
Momen Haru, Orangutan Artemis dan Gieke Kembali ke Hutan Setelah Rehabilitasi
Momen Haru, Orangutan Artemis dan Gieke Kembali ke Hutan Setelah Rehabilitasi
Pemerintah
Survei Deloitte: Eksekutif Terus Berinvestasi dalam Keberlanjutan
Survei Deloitte: Eksekutif Terus Berinvestasi dalam Keberlanjutan
Swasta
Arktik Terdalam Memanas, Krisis Iklim Meluas
Arktik Terdalam Memanas, Krisis Iklim Meluas
Pemerintah
IESR: RI Belum Siap Transisi Energi karena Lembaga Pembayaran Gelontorkan Dana ke Energi Fosil
IESR: RI Belum Siap Transisi Energi karena Lembaga Pembayaran Gelontorkan Dana ke Energi Fosil
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November
BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau