JAKARTA, KOMPAS.com - Peralihan dari baggage towing tractor (BTT) diesel ke BTT listrik menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi energi dan mendukung aksi mitigasi krisis iklim di sektor transportasi udara.
Untuk mempercepat transisi tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana merevisi ketentuan standarisasi BTT dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara (KP Dirjen Hubud) Nomor 635 Tahun 2015. Aturan yang berlaku saat ini masih berfokus pada standar BTT diesel berbahan bakar minyak.
"Justru itu kami sedang menyiapkan perubahan terkait dengan standarisasi peralatan ini, yang mana dengan kerangka acuan tadi bisa secara menyeluruh. Misalnya, terkait bilamana terjadi emergency, untuk pemadaman api akibat kebakaran dari aki baterainya ini seperti apa, ini akan menjadi bagian dari kita melengkapi daripada aturan untuk implementasi dari BTT elektrik ini," ujar Kepala Sub Direktorat Sistem Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bandar Udara, Kementerian Perhubungan, Cece Tarya, dalam webinar, Rabu (19/11/2025).
Baca juga: BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
Terkait potensi limbah baterai seiring meningkatnya penggunaan BTT listrik, Kemenhub menegaskan bahwa tanggung jawab penanganan tetap dibebankan kepada operator bandara. Pengelola bandara dapat bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola limbah B3 sesuai standar nasional.
"Sehingga, dalam hal ini, ketentuan BTT listriknya belum menjadi detail, tetapi sudah tersuratkan di dalam KP Dirjen Hubud 635," tutur Cece.
Selain transisi ke BTT listrik, upaya mitigasi krisis iklim di sektor udara juga mencakup pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Penggunaan biofuel pada pesawat serta pemasangan PLTS untuk penerangan dan prasarana transportasi menjadi bagian dari strategi Kemenhub.
Langkah lainnya adalah penghijauan di sekitar bandar udara melalui penanaman pohon yang dipilih secara selektif.
"Ini selektif jenis pohon yang ditanamnya, untuk bagaimana supaya tidak mengundang ekosistem burung yang bisa berdampak terhadap (operasional) bandara nantinya," ucapnya.
Sebelumnya, Peneliti Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN, Mohamad Ivan Aji Saputro, mengungkapkan bahwa dari total 683 bandara di Indonesia, baru dua yang menggunakan BTT listrik, yakni Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) dan Bandara I Gusti Ngurah Rai.
"BTT listrik saat ini digunakan hanya di bandara-bandara besar. Temuan kami di lapangan bandara-bandara lain masih menggunakan BTT jenis diesel," ujar Ivan.
Baca juga: Emisi 20 Bandara Setara 58 PLTU Batu Bara pada 2019
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya