KOMPAS.com - Kombinasi peristiwa iklim ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan penurunan tanah dapat menciptakan banjir yang lebih besar di kota-kota pesisir dunia pada masa mendatang, menurut penelitian terbaru.
Temuan tersebut didapat setelah peneliti melakukan studi kasus di Shanghai, China. Studi yang dimuat di One Earth ini mengkaji semua penyebab banjir di Shanghai dengan mempertimbangkan iklim, kenaikan permukaan laut, dan penurunan tanah.
Baca juga:
Berdasarkan data tersebut, peneliti menemukan, pada tahun 2100, banjir di Shanghai dapat meluas hingga 80 persen dan ketinggian air akan meningkat, menyebabkan kerusakan dan risiko jauh lebih parah.
"Temuan ini memiliki implikasi yang lebih luas bagi semua kota pesisir, terutama yang dibangun di delta seperti Shanghai," kata penulis utama di Inggris, Prof. Robert Nicholls, dari Tyndall Center for Climate Change Research, University of East Anglia (UEA), dikutip dari Phys, Selasa (2/11/2025).
Studi terbaru menunjukkan, kombinasi iklim ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan penurunan tanah bisa tingkatkan risiko banjir besar di kota pesisir.Delta sungai adalah area yang terbentuk di muara sungai yang biasanya menjadi lokasi kota-kota padat penduduk. Delta sungai tersebut biasanya juga di dataran rendah serta pusat ekonomi vital.
Namun, saat ini, area delta sungai makin rentan terhadap banjir akibat siklon tropis dan ekstratropis. Hal tersebut ditambah dengan pasang surut air laut, gelombang badai, aliran sungai, dan hujan dalam waktu bersamaan yang bisa menyebabkan banjir makin parah.
"Perubahan iklim lebih lanjut dan penurunan tanah meningkatkan kemungkinan banjir. Oleh karena itu, ancaman semakin meningkat di semua kota pesisir dan terutama kota-kota delta di mana semua masalah ini terjadi," kata Nicholls.
Baca juga:
Studi terbaru menunjukkan, kombinasi iklim ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan penurunan tanah bisa tingkatkan risiko banjir besar di kota pesisir.Untuk menghindari bencana tersebut, diperlukan upaya adaptasi yang besar, misalnya pembangunan tanggul banjir.
Kendati demikian, peneliti memperingatkan pula adanya risiko kegagalan tanggul akibat naiknya permukaan air, terutama akibat kombinasi penurunan tanah, kenaikan permukaan laut, serta gelombang lebih tinggi.
Bahaya tersebut belum sepenuhnya disadari dan harus dipertimbangkan dalam adaptasi di kota-kota delta lainnya.
Nicholls menambahkan, analisis semacam ini sangat penting untuk mengantisipasi dan mendukung kebutuhan adaptasi yang signifikan di perkotaan.
Inilah mengapa sebuah kota memerlukan solusi berlapis yang jauh lebih tangguh untuk menangani permasalahan banjir.
"Alih-alih bergantung pada satu garis pertahanan, pertahanan berlapis diperlukan untuk membuat kota-kota ini lebih tangguh saat ini dan di masa depan. Hal ini harus dipertimbangkan dengan sangat cermat dalam perencanaan adaptasi kota-kota delta lainnya," terangnya.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya