KOMPAS.com - Laporan Global Snapshot 2025, yang diterbitkan oleh platform pengungkapan lingkungan CDP dan Global Covenant of Mayors for Climate & Energy (GCoM), mengungkapkan kebutuhan dana untuk proyek-proyek iklim perkotaan.
Jumlah dana yang diperlukan tahun ini untuk mendanai proyek infrastruktur iklim perkotaan melonjak dari 86 miliar dolar (tahun 2024) menjadi 105 miliar dolar tahun ini, dengan 87 persen proyek masih mencari pendanaan.
Hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan pendanaan yang besar antara kebutuhan mendesak kota-kota untuk mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim dan ketersediaan modal untuk merealisasikan proyek-proyek tersebut.
Kesenjangan tersebut menurut studi terutama terjadi di pasar negara berkembang, di mana 40 persen proyek memerlukan pendanaan penuh dibandingkan dengan hanya 22 persen negara maju yang memerlukan pendanaan penuh.
Baca juga: Dalam Tiga Dekade, Hari Sangat Panas di Kota Global Melonjak 25 Persen
Meskipun proyek di negara berkembang lebih memerlukan pendanaan penuh, negara maju justru menyumbang 83 persen dari total kebutuhan pendanaan yang dilaporkan.
Permintaan pendanaan ini terkonsentrasi di dua negara yakni dipimpin oleh AS (44 persen), dan Inggris (23 persen) sehingga kekhawatirannya modal iklim mungkin akan terkonsentrasi pada proyek besar di negara kaya daripada dialokasikan negara berkembang.
Melansir Edie, Senin (3/11/2025) CDP sendiri memperkirakan diperlukan sekitar 4,5 triliun dolar AS untuk memitigasi dan adaptasi kota-kota terhadap dampak iklim di masa depan.
Saat ini, hanya 10 persen dari total pendanaan iklim global yang mencapai pemerintah daerah, sehingga menghambat tujuan iklim dunia.
CDP dan GCoM pun menyerukan sejumlah langkah untuk memungkinkan kota-kota mencapai tujuan iklim mereka.
Langkah-langkah tersebut meliputi integrasi kebutuhan investasi ke dalam strategi dan kerangka kebijakan nasional, menyoroti instrumen keuangan inovatif untuk memungkinkan diversifikasi risiko dan menarik investasi swasta dengan lebih baik, memperkuat kemitraan multi-level, dan meningkatkan keterbukaan informasi untuk meningkatkan arus investasi, membangun kepercayaan investor, dan menyelaraskan kebijakan nasional dengan pekerjaan lapangan.
Baca juga: Desain Hunian Ramah Iklim Bantu Kota Atasi Panas Ekstrem
"Kota-kota, penduduk, dan bisnis mereka berada di garis depan perubahan iklim. Dan total permintaan dana telah melebihi 100 miliar dolar AS untuk pertama kalinya," papar Kepala Keuangan Iklim Kota CDP, Katie Walsh.
“Sumber pendanaan bagi kota-kota, terutama di negara-negara berkembang, harus dibuka sepenuhnya untuk mewujudkan rencana di atas kertas menjadi proyek nyata, menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan yang lebih adil, dan masyarakat yang lebih sehat," katanya lagi.
Penasihat senior GCoM, Asma Jinha, menambahkan pula kota-kota di seluruh dunia sedang meningkatkan upaya untuk mengatasi perubahan iklim, tetapi mereka tidak dapat melakukannya sendiri.
"Akses mendesak ke pendanaan sangat penting untuk mewujudkan rencana aksi iklim mereka yang ambisius,” ungkapnya.
Baca juga: Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya