Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua

Kompas.com, 15 Desember 2025, 20:10 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Riset CELIOS mengungkapkan, mayoritas orang tua belum merasakan perubahan perilaku belajar yang signifikan usai anak menerima program makan bergizi gratis (MBG).

Sebesar 51,82 persen responden menilai tidak ada perubahan tingkat keaktifan dan fokus anak di sekolah. Sedangkan sekitar 28,89 persen responden menyatakan melihat adanya sedikit perubahan perilaku belajar anaknya. Sisanya, 16 persen responden menganggap anaknya menjadi lebih aktif dan fokus.

Baca juga: BPOM Ungkap Strategi Cegah Keracunan pada Program MBG

Namun, hampir semua responden pada tingkat pendapatan mengaku tidak ada perubahan perilaku belajar anaknya di sekolah, kecuali orang tua berpenghasilan lebih dari Rp 20 juta per bulan.

Temuan tersebut menandakan perlunya evaluasi untuk memastikan program MBG benar-benar memberikan manfaat bagi anak-anak dari keluarga dengan ekonomi rentan.

Selain itu, sekitar 54,99 persen responden menyatakan tidak perubahan perilaku rajin setelah anaknya menerima program MBG. Lalu, sebesar 9,12 persen responden menilai program MBG tidak mendorong anaknya menjadi lebih rajin di sekolah. Sementara 34,62 persen responden menyatakan anaknya semakin rajin di sekolah.

"Pengaruh penerimaan MBG terhadap persepsi orang tua bahwa anak lebih rajin, aktif, dan fokus di sekolah tidak signifikan secara statistik dan didukung oleh bukti empiris yang lemah," ujar Peneliti CELIOS, Isnawati Hidayah dalam webinar, Senin (15/12/2025).

Menurut Isnawati, pemerintah perlu mengevaluasi desain intervensi MBG, seperti kualitas menu, kecukupan gizi, mekanisme dan ketepatan waktu dalam distribusi, serta relevansinya terhadap kebutuhan belajar anak.

Apalagi, program MBG berskala nasional dengan anggaran sangat besar tidak menunjukkan perbaikan perilaku anak.

Tanpa perbaikan mendasar dalam kualitas dan pelaksanaannya, kata dia, MBG berisiko menjadi program berbiaya tinggi, dengan manfaat pendidikan yang minimal. Bahkan, program MBG berpotensi menciptakan efek kontraproduktif terhadap perkembangan anak.

Di sisi lain, masih sangat banyak anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena kemiskinan ekstrem. Dalam konteks ini, patut dipertanyakan apakah anggaran pendidikan sebesar Rp 223 triliun, yang seharusnya memutus siklus kemiskinan dengan memperluas akses ke anak-anak kurang beruntung, justru tersedot untuk pembiayaan MBG pada tahun 2026.

"Ketika pemerintah ingin mencerdaskan anak dengan memberi makan satu kali dalam satu hari, tetapi mereka mengkerdilkan pendidikan Indonesia dengan mengurangi budget yang mendukung fasilitas akses inklusif dan juga infrastruktur pendidikan. Hal yang sangat aneh," ucapnya.

Gangguan fokus

Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen mengungkapkan laporan dari berbagai daerah di Indonesia tentang tentang penggunaan ultra-procesed food (UPF) dalam menu MBG. Di antaranya, biskuit, roti, sereal, sosis, nugget, hingga burger.

"Kalau tetap memberikan anak-anak kayak gini makanannya, maka BGN sedang membuat MBG itu kontributor gangguan metabolisme, gangguan fokus. Jadi, anak boro-boro menjadi pinter dan bisa belajar, (justru) menyebabkan obesitas, lalu performa akademiknya malah anjlok, gaya belajarnya ancur, dan risiko penyait jantung di kemudian hari, untuk anak-anak ini dan kematian dini," tutur Tan.

Riset ini memakai pendekatan metodologi campuran yang menggabungkan analisis kualitatif dan kuantitatif demi mendapatkan gambaran menyeluruh tentang implementasi maupun evaluasi program MBG.

Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan berbagai pemangku kepentingan dan penerima manfaat.

Baca juga: Kemenko Pangan: MBG Kurang Ikan, Perlu Manfaatkan Pangan Akuatik

Untuk pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survei nasional. Responden survei mencapai 1.868 orang, yang tersebar di berbagai daerah. Komposisi responden sudah mewakili keragamansosial dan demografis penduduk Indonesia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau