Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya

Kompas.com, 15 Desember 2025, 11:35 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia dinilai belum serius membangun sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana hidrometereologi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memang telah memberikan peringatan dini siklon tropis senyar di sebagian wilayah Sumatera beberapa hari sebelumnya. Namun, peringatan dini tersebut dinilai tidak menyertakan gambaran seberapa besar dampaknya dan bagaimana cara memitigasinya.

"Serius atau enggak sih bikin peringatan dini? Itu BMKG memang sudah memberikan warning (peringatan), kalau daerah melihatnya ya, 'Oh ada siklon', tapi dampaknya seperti kiamat kecil itu seharusnya dijelaskan atau diperlihatkan juga. Itu pendidikan untuk masyarakat dan pejabat harus kita upgrade (tingkatkan)," kata Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Iwan Ridwansyah dalam webinar beberapa hari lalu.

Baca juga:

Kesiapan dan evakuasi Indonesia masih kurang

Dalam kesiapan dalam menghadapi bencana, dari segi peringatan dini, Indonesia tergolong sedang. Sementara itu, peringatan dini di Jepang dan Amerika Serikat (AS) sudah sangat maju. Misalnya, saat sistem peringatan dini dikeluarkan, otomatis berbunyi secara serentak pada semua telepon tanpa peduli siapa operator telekomunikasi selulernya.

Dari aspek evakuasi, Indonesia juga dinilai masih tidak konsisten. Padahal, Jepang sudah tersistem dan AS terkoordinasi. Negara-negara maju sudah membuat rute evakuasi dengan papan tanda standar internasional. Jadi, sudah ditentukan jauh-jauh hari sebelum bencana terjadi. 

"Shelter (pengungsi atau tempat penampungan sementara di Indonesia) enggak jelas di mana lokasinya, memang pemda (pemerintah daerah) menempatkan shelter yang aman dari bencana? Kan enggak juga karena memang potensi bencananya itu belum dihitung secara detail," tutur Iwan.

Dari segi infrastruktur, Indonesia bersifat variatif atau tergantung tempat. Sementara itu, Jepang memiliki infrastruktur tahan badai dan AS sudah menerapkan storm barriers.

Indonesia perlu menjadi curah hujan tertinggi selama siklon tropis senyar atau 411 milimeter per hari di Kabupaten Bireuen sebagai titik acuan (baseline) dalam menghadapi bencana ke depannya. 

"Bangun jembatan itu harus pakai standar itu tentunya. Kalau enggak, jika terjadi lagi dalam 10 tahun ke depan, ambruk jembatannya, tidak mampu menahan itu," ucapnya.

Baca juga:

Indonesia perlu kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara

Masjid di asrama putra Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Aceh Tamiang masih berdiri kokoh di antaranya tumpukan kayu yang terbawa arus banjir dan tanah longsor, Jumat (13/12/2025).KOMPAS.com/Tria Sutrisna Masjid di asrama putra Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Aceh Tamiang masih berdiri kokoh di antaranya tumpukan kayu yang terbawa arus banjir dan tanah longsor, Jumat (13/12/2025).

Dari aspek pendanaan, Indonesia memang sangat terbatas jika dibandingkan Jepang dan AS. Indonesia perlu berkolaborasi dengan negara-negara Asia Tenggara lain dalam memitigasi bencana, termasuk memprediksi ancaman ke depannya.

Menurut Iwan, di negara-negara maju, koordinasi antar-instansi dalam menghadapi bencana sudah terbentuk dengan baik. Mereka memiliki sistem komando terpadu, tim SAR khusus sikln, kendaraan amphibious, helikopter medis, serta logistik sudah dipindahkan ke wilayah rawan sebelum siklon tiba.

"Enggak seperti sekarang, rakyat yang kelaparan, sampai mereka minum air lumpur, kan berarti itu kesiapan ini enggak ada sama sekali," ujar Iwan. 

Ke depan, kata dia, Indonesia perlu memodernisasi radar cuaca dan sensor hujan, monitoring daerah aliran sungai (DAS) berbasis satelit dan IoT, serta memudahkan akses data untuk periset kebencanaan.

"Ini saya sudah beberapa kali, ada bencana-bencana yang kami coba teliti, tetapi untuk mendapatkan ini (akses data), meminta data, malah ditagih bersama kuitansi yang (harganya Rp) 9 juta ke atas itu untuk mendapatkan data itu, BRIN enggak ada pendanaan untuk mendapatkan data hujan ataupun data iklim," tutur Iwan.

Baca juga: Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
KLH Identifikasi Hutan di Aceh Dibuka untuk Sawit dan Tambang Ilegal
KLH Identifikasi Hutan di Aceh Dibuka untuk Sawit dan Tambang Ilegal
Pemerintah
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau