KOMPAS.com — Di tengah dorongan menuju industri manufaktur yang lebih berkelanjutan, teknologi pengelasan tidak lagi hanya dinilai dari kekuatan hasil sambungan logam.
Aspek keselamatan kerja, efisiensi proses produksi, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) kini menjadi bagian penting dari praktik industri yang bertanggung jawab.
Hal itu mengemuka dalam ajang Manufacturing Indonesia 2025 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, pada Rabu (3/12/2025) hingga Sabtu (6/12/2025).
Dalam ajang tersebut, sejumlah pelaku industri menghadirkan inovasi yang tidak hanya berorientasi pada produk, tetapi juga pada proses kerja yang aman, presisi, dan minim risiko.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah pemanfaatan teknologi simulasi pengelasan berbasis virtual reality (VR) sebagai sarana edukasi. Melalui simulasi ini, proses pembelajaran pengelasan dapat dilakukan tanpa risiko percikan api maupun paparan panas ekstrem.
Baca juga: Studi EY: Mayoritas Perusahaan akan Tingkatkan Anggaran Keselamatan Kerja
Adapun simulasi tersebut dihadirkan PT Intan Sukses Globalindo (ISG) yang dapat dicoba siapa saja, mulai dari mahasiswa teknik, pemula yang baru belajar, hingga welder profesional.
Manager Marketing PT Intan Pertiwi Industri Justin Djaja mengatakan, melalui teknologi tersebut, pengunjung dapat merasakan sensasi mengelas secara aman dan presisi, tanpa risiko percikan api maupun cacat las.
Selain itu, demo kawat las langsung di area booth juga selalu dipadati pengunjung karena memberikan gambaran nyata tentang stabilitas arc, kualitas bead, serta keunggulan elektroda KOBELCO saat digunakan dalam aplikasi pengelasan di industri
Tak tanggung-tanggung, pihaknya pun menghadirkan produk las berkualitas itu yang didatangkan langsung dari Negeri Sakura.
“Ada banyak tipe penetrant Taseto Color Check. Biasanya setelah pengelasan, dengan produk ini bisa terlihat jika ada percikan, cacat, atau indikasi retak yang tidak kasat mata,” ujar Justin dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Selasa (16/12/2025).
Baca juga: Konsisten Gelar Pelatihan K3, PetroChina Fokus pada Keselamatan Kerja
Selain penetrant test, lanjut Justin, ISG juga menghadirkan MIG-56 Solid Wire, produk kawat las MIG yang dirancang untuk aplikasi pengelasan di sektor manufaktur, otomotif, alat berat, hingga fabrikasi umum.
Produk tersebut melengkapi portofolio solusi pengelasan bagi pelanggan yang membutuhkan hasil pengelasan produktif dengan kualitas bead yang konsisten.
Justin menjelaskan bahwa fokus utama pemasaran perusahaan saat ini adalah memenuhi kebutuhan pasar domestik.
“Pemasaran kami spesifik lebih ke domestik, kami tidak melakukan penjualan ke luar negeri. Dari PT Intan Pertiwi Industri (Intiwi) kami menghadirkan produk kawat las SMAW atau elektroda tongkat untuk berbagai aplikasi pengelasan,” imbuh Justin.
Produk kawat las tersebut digunakan di berbagai sektor industri, mulai dari manufaktur hingga industri berat.
Baca juga: Dirjen Minerba: Kompetisi MERC Jadi Momentum Tingkatkan Keselamatan Kerja
Dalam praktiknya, kualitas hasil pengelasan menjadi faktor penting untuk menjaga efisiensi produksi sekaligus menekan risiko pekerjaan ulang yang dapat menambah konsumsi material dan energi.
“Kawat las itu hampir di semua bidang dipakai, contohnya di pabrik, pembangunan gedung, mesin mobil, perbaikan dump truck, bahkan di sektor makanan juga digunakan untuk pengelasan peralatan dan fasilitas produksinya,” kata Justin.
Berbicara mengenai keunggulan produk, Justin menegaskan bahwa kualitas menjadi prinsip yang tidak bisa ditawar.
Standar seleksi yang ketat diterapkan untuk memastikan setiap produk memenuhi kebutuhan keselamatan dan keandalan industri.
“Kami sangat menekankan kualitas. Bisa kami jamin 100 persen, kualitas kami tidak bisa ditandingi kompetitor lain. Proses seleksinya ketat, ada sedikit saja yang tidak sesuai standar, kami tidak akan menjualnya. Jadi dari awal kami memang fokus pada kualitas,” paparnya.
Baca juga: Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab
Dalam jangka panjang, kualitas pengelasan yang konsisten berkontribusi pada praktik industri yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Material yang terpasang dengan baik sejak awal akan mengurangi risiko kegagalan, memperpanjang masa pakai komponen, serta menekan limbah produksi.
Justin berharap, ISG dapat semakin dekat dengan para pengguna melalui pendekatan edukatif yang berkelanjutan.
“Harapan kami ke depan adalah lebih banyak mengedukasi customer. Karena merek kawat las itu banyak sekali, tapi tidak semuanya memahami fungsinya apa, untuk aplikasi apa, tipe apa yang tepat, dan yang terpenting kualitasnya harus benar-benar terjamin,” kata Justin.
Melalui kombinasi teknologi, edukasi, dan pengendalian mutu, praktik pengelasan diharapkan dapat terus berkembang seiring dengan kebutuhan industri yang makin menuntut keselamatan kerja, efisiensi, dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya