KOMPAS.com - Keberadaan filantropi Islam di Tanah Air punya potensi untuk biayai beragam inisiatif dan solusi perubahan iklim. Hal ini dibahas secara komprehensif dalam talkshow bertema “Pengembangan Filantropi Islam dalam Pembiayaan Solusi Perubahan Iklim” yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (6/4/2023).
“Umat Islam sejatinya memiliki aset yang besar dalam bentuk zakat dan wakaf. Pelestarian lingkungan juga sangat dekat dengan tujuan zakat dan wakaf, yaitu untuk mengatasi sumber permasalahan struktural di masyarakat,” ujar Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Tarmizi Tohor dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (9/4/2023).
Tarmizi pun membahas potensi dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dalam satu tahun di Tanah Air yang mencapai Rp 380 triliun.
Jumlah itu bahkan di luar jumlah wakaf berupa aset dan tanah yang tersebar di berbagai daerah.
“Sayangnya walau sangat besar, potensi dana umat ini kurang berkembang karena masih didistribusikan dengan pendekatan tradisional,” tambah Tarmizi.
Ia juga memaparkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dana Ziswaf yang dikumpulkan dari masyarakat telah menjadi salah satu instrumen keuangan syariah yang mampu membantu pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
Tak hanya itu, dana Ziswaf juga menjadi salah satu kontributor penting dalam upaya penanganan berbagai bencana. Pada 2022, misalnya, Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) mencatat Indonesia terkena 3.500 kali bencana alam.
Sebagai informasi, talkshow didukung oleh Muslims for Shared Actions on Climate Impact atau Kolaborasi Umat Islam untuk Dampak Iklim (Mosaic). Organisasi ini merupakan kolaborasi berbagai elemen masyarakat, akademisi dan lembaga nirlaba yang berfokus pada solusi permasalahan iklim.
Anggota Dewan Pengarah Mosaic dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubaha Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) sekaligus Ketua Humanitarian Forum Indonesia, M Ali Yusuf, mengatakan bahwa bencana di Indonesia didominasi bencana hidrometeorologi, seperti kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan.
“Kerusakan lingkungan telah berdampak secara masif. Untuk menanggulanginya, dibutuhkan upaya bersama yang serius, sistematis, dan inovatif dalam pengendalian perubahan iklim,” papar Ali.
Sekilas mengingatkan, Ali bertutur bahwa Mosaic yang ia naungi lahir dari kongres umat Islam untuk Indonesia Lestari.
Pada 2022, setelah melalui serangkaian penelitian dan diskusi terarah, kongres tersebut menghasilkan tujuh poin risalah untuk mencapai Indonesia Lestari.
“Salah satu poin risalah kongres adalah agar umat Islam mengambil peran terdepan dalam upaya menghadapi dampak perubahan iklim. Sebab, 33 persen masyarakat Indonesia sangat rentan terdampak perubahan iklim dan
mayoritas masyarakat dari persentase tersebut adalah Muslim sehingga dibutuhkan kolaborasi lintas sektor dan langkah nyata dalam ikhtiar ini”, jelasnya.
Akademisi Istitut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus mantan Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Irfan Syauqi Beik, yang turut hadir memaparkan urgensi terkait langkah strategis untuk memanfaatkan potensi keuangan sosial islam atau islamic social finance.
“Salah satu kemajuan di bidang filantropi Islam adalah kerja sama berbagai pemangku kepentingan dalam mengembangkan green wakaf framework atau sebuah bingkai kerja pengelolaan wakaf untuk program-program dalam klaster lingkungan dan perubahan iklim,” ujarnya.
Menurut Irfan, zakat dan wakaf, termasuk program wakaf hutan tidak hanya mampu menjaga stabilitas ekonomi, tapi juga memiliki potensi yang besar untuk membiayai berbagai upaya mitigasi perubahan iklim.
“Ini karena ekonomi dan kemiskinan tidak bisa lepas dari aspek lingkungan yang berkelanjutan dan keseimbangan ekologis. Alam dan isinya adalah pinjaman dari generasi mendatang sehingga isu lingkungan harus dikelola dengan baik untuk kehidupan anak cucu kita di masa depan,” papar Irfan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya