Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2023, 20:10 WIB
Siti Sahana Aqesya,
Anissa Dea Widiarini

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari, seperti mandi, memasak, dan mencuci.

Setelah dipakai untuk menunjang kegiatan tersebut, air pun menjadi limbah karena telah terkontaminasi dengan zat kimia, biologis, dan organik. Apabila tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan, air limbah domestik ini bisa berbahaya bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Untuk menghindari hal tersebut, Anda harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah domestik. Caranya, dengan menggunakan sistem pengelolaan air limbah.

Lantas, apa saja sistem pengelolaan air limbah yang kerap digunakan untuk mengolah air limbah domestik? Berikut penjelasannya.

1. Septic tank

Septic tank merupakan sistem pengelolaan air limbah yang umum digunakan dalam skala rumah tangga. Pasalnya, sistem ini mudah dipasang dan tidak memerlukan listrik sehingga dinilai hemat. Selain itu, perawatan sistem ini juga tidak rumit.

Septic tank menggunakan bakteri anaerobik dalam pengolahannya. Bakteri ini akan menguraikan bahan organik, seperti sisa makanan, kotoran, dan lemak, menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini memakan waktu sekitar 2-3 hari.

Perlu diingat, septic tank tidak bisa menguraikan air limbah kimia domestik, seperti air dari sabun, sampo, deterjen, cairan pembersih, dan obat-obatan. Sebab, zat kimia yang terkandung dalam air limbah kimia bisa membunuh bakteri-bakteri pengurai air limbah pada septic tank. Jadi, jangan biarkan air limbah kimia mengalir ke septic tank, ya.

2. Biofilter

Sesuai namanya, sistem ini menitikberatkan pengolahan air limbah domestik dengan penyaringan. Saat masuk ke tangki, air akan melewati filter kasar yang menyaring seluruh partikel padat yang terkandung dalam air.

Kemudian, air yang telah terfiltrasi akan disaring kembali dan diuraikan oleh mikroorganisme, seperti bakteri aerobik dan anaerobik, fungi, protozoa, dan cacing tanah. Air akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana, seperti mineral, air, dan karbon dioksida.

Baca juga: Begini Kelebihan dan Cara Kerja Septic Tank Biofilter

Setelah penyaringan selesai, air siap dibuang ke lingkungan. Air hasil filtrasi juga bisa digunakan kembali.

Sama seperti septic tank, biofilter tidak bisa menguraikan air limbah kimia domestik.

3. Soil filter

Soil filter atau filter tanah merupakan sistem pengolahan air menggunakan tanah. Prosesnya seperti biofilter, tetapi penyaringannya menggunakan media tanah, seperti pasir, kerikil, dan pecahan batu bata.

Terdapat pula penyederhanaan senyawa air oleh mikroorganisme yang bisa menjadikan air jernih dan bersih kembali.

4. Wastewater treatment plant

Wastewater treatment plant (WWTP) atau pabrik pengelolaan air limbah merupakan jawaban untuk menguraikan air limbah kimia domestik. Akan tetapi, sistem ini tidak bisa diterapkan dalam skala rumahan.

Biasanya, WWTP digunakan untuk mengelola air limbah dengan skala besar, seperti air limbah yang dihasilkan sebuah kota atau atau wilayah.

Baca juga: Mahasiswa Itera Gagas Wastewater Reuse Solusi Mencegah Krisis Air

Seperti namanya, WWTP dilakukan di pabrik atau instalasi pengolahan air (IPAL). Air yang telah masuk ke dalam tangki pengolahan akan memisahkan diri dari partikel padat dengan pengendapan.

Adapun zat kimia yang terkandung dalam air limbah bisa diuraikan dengan sejumlah sistem pada WWTP, seperti pengendapan, pengapungan, adsorpsi, atau oksidasi. Hal ini tergantung dengan pilihan teknologi pengolahan pengelola WWTP.

Lalu, air yang sudah terpisah akan melalui penguraian oleh bakteri dan mikroorganisme untuk memisahkan partikel organik. Selanjutnya, air pun akan mengalami sedimentasi. Terakhir, air akan disemprotkan bahan kimia untuk menghilangkan bakteri dan kuman yang tidak baik untuk lingkungan. Air pun bersih dan siap dibuang ke lingkungan.

Itulah pengelolaan air yang biasa diterapkan untuk mengolah air limbah domestik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

LSM/Figur
Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Pemerintah
Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

LSM/Figur
“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

Swasta
Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau