HALMAHERA SELATAN, KOMPAS.com - Harita Group, perusahaan pertambangan dan hilirisasi terintegrasi yang beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, berkomitmen seluruh rantai pasokan perusahaan menerapkan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Hal ini karena prinsip ESG semakin memainkan peranan penting bagi operasi bisnis perusahaan di Indonesia sebagai tolak ukur kemajuan keberlanjutan dan dampak etis dari suatu investasi perusahaan.
Baca juga: Harita Produksi Batako Ramah Lingkungan dari Limbah Nikel
Dalam aspek environmental, Harita menyadari saat ini masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara sebagai energi untuk mendukung operasional bisnis, baik dalam sektor pertambangan maupun hilirisasi.
Namun, secara perlahan praktik pemanfaatan batubara sebagai sumber energi akan digantikan dengan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sebagaimana diketahui, penghentian operasional PLTU batu bara akan dilakukan bertahap hingga 2060. Hal ini diperlukan demi mendukung rencana Indonesia mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060.
Baca juga: Jelang Melantai di BEI, TBP Raih Status Taat Pengelolaan Lingkungan Hidup
Ketegasan Pemerintah menutup PLTU batubara juga sudah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam berbagai kesempatan. Terlebih, Indonesia memiliki 418 GigaWatt potensi EBT dari air, panas bumi, angin, hingga matahari.
"Itu tantangan, harus ada penurunan emisi. Kami sedang mendiskusikan dengan Pemerintah, sementara di sisi lain untuk penggunaan EBT masih terkendala dengan teknologi dan juga biaya yang mahal," ujar Director Health, Safety, and Environmental Operation Department of Harita Nickel Group Tonny Gultom, di Pulau Obi, Sabtu (8/4/2023).
Salah satunya adalah penerangan jalan umum (PJU) yang memanfaatkan panel solar di lingkungan perkantoran Harita.
Baca juga: Program PPM Harita Nickel Hasilkan Transaksi Rp 8 Miliar Per Bulan
Meski diakui Tonny, panel solar bukan sumber energi yang stabil dan mencukupi untuk kebutuhan setrum seluruh wilayah, namun selama kurun 2024-2025 pengembangan PLTS akan mulai dilakukan dengan kapasitas 300 MegaWatt.
"Targetnya, pada awal 2024 sebagian PLTS ini sudah beroperasi. Seraya ini dilakukan, kami juga berupaya mencari potensi lainnya untuk dikembangkan," urai Tonny.
Untuk diketahui, Harita Group melalui entitas PT Trimegah Bangun Persada (TBP) akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 April 2023 mendatang.
Pelaksanaan initial public offering (IPO) dilakukan melalui pelepasan saham sebanyak-banyaknya 12,1 lembar miliar saham atau setara dengan maksimal 18 persen dari modal ditempatkan dan disetor ke publik setelah IPO dengan nilai nominal Rp 1.250 per saham.
Penawaran awal atau book building saham ini telah dimulai pada 15-24 Maret 2023. Lewat aksi korporasi ini perseroan berharap dapat meraup dana segar sekitar 650 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,7 triliun.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya