Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Guna membangun sumber daya manusia (SDM), transformasi sistem pangan diperlukan untuk tujuan ini.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa saat menerima kunjungan Wakil Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkoen.

“Dampak yang diharapkan adalah pemenuhan pangan dan gizi yang cukup, beragam, bergizi seimbang, dan aman,” ujar Suharso di akun Instagramnya, Kamis (11/5/2023).

Baca juga: Wujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan, BI Sumsel Raih Rekor MURI

Transformasi sistem pangan juga diharapkan mampu memberikan dampak lebih besar terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sebagaimaan yang tertuang dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

Dalam konteks global, Suharso menerangkan bahwa transformasi sistem pangan adalah salah satu upaya dari PBB untuk mencapai tujuan SDGs pada 2030, sebagaimana dilansir Antara.

Dia menuturkan, Indonesia memberikan komitmen yang tinggi kepada masyarakat dunia, baik untuk melaksanakan dan mencapai target SDGs dan melaksanakan transformasi pangan.

“Hal ini merupakan kontribusi nyata Indonesia, dalam membangun peradaban dunia yang lebih baik dan lebih berkelanjutan,” ungkap Suharso.

Baca juga: Badan Pangan Nasional Siapkan Penyesuaian Harga Gula di Tingkat Petani

Dia menambahkan, menuju Indonesia Emas 2045, Indonesia disebut harus mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap yang sudah berlangsung hampir 30 tahun.

Pada 2045 pula, Indonesia harus mampu menjadi sebuah negara maju yang semakin berdaulat, adil, dan makmur.

Dalam melaksanakan komitmen global dan mencapai Indonesia Emas 2045, ditegaskan bahwa salah satu momentum yang harus dijaga adalah pemanfaatan bonus demografi.

Dalam konteks besar tersebut, pembangunan pangan dan gizi serta transformasi sistem pangan berperan nyata dalam menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Kunker ke Lampung, Jokowi Pastikan Stok dan Harga Pangan Stabil

Suharso berujar, banyak hal mendasar yang perlu diperbaiki dan dipersiapkan, salah satunya adalah stunting pada balita.

“Isu stunting balita sangat memengaruhi kinerja pembangunan nasional, isu stunting balita merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan agar bisa mencapai target SDGs sebelum tahun 2030,” kata Suharso.

“Isu stunting balita juga mempengaruhi beberapa capaian Indonesia, sebagaimana tercermin dalam beberapa indeks, antara lain Global Hunger Index dan Global Food Security Index,” sambungnya.

Baca juga: Diduga Korupsi Rp 669 Juta, Kadis Ketahanan Pangan Labura Sumut Ditahan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau