Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Karakter Dinilai Jadi Modal Utama Bersaing di Kancah Internasional

Kompas.com, 1 September 2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pengembangan pendidikan karakter dinilai penting untuk membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional.

Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Bidang Kerja Sama Internasional Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Joko Kusnanto Anggoro di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (30/8/2023).

Kusnanto menyampaikan pernyataannya dalam agenda “Ministry Talk” bersama Menteri Pembangunan Sosial dan Keluarga Singapura Masagos Zulkifli.

Baca juga: Akselerasi EBT, SUN Energy Resmikan PLTS Terbesar di Sektor Pendidikan Indonesia

Kusnanto menyampaikan, pengembangan pendidikan karakter penting untuk membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional.

Dia menambahkan, pendidikan karakter dapat dimulai dari keluarga, sebagaimana dilansir dari siaran pers Kemenko PMK.

Menurutnya pembangunan keluarga adalah sesuatu yang sangat esensial bagi peningkatan kesejahteraan, serta stabilitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Kita sedang gencar melakukan pengembangan pendidikan karakter melalui gerakan revolusi mental yang diusung oleh Bapak Presiden Jokowi. Ini penting untuk membentuk manusia yang unggul,” ujar Kusnanto.

Baca juga: HK Bangun Fasilitas Air Bersih dan Renovasi Fasilitas Pendidikan di Sumatera Barat

Kusnanto juga turut menyinggung hubungan baik Indonesia dan Singapura yang telah berkembang secara konstruktif.

Indonesia merupakan mitra strategis Singapura, dan sebaliknya. Sehingga telah banyak kemitraan yang sudah dijalin di berbagai bidang, seperti bidang ekonomi, perdagangan, investasi, pariwisata, keamanan, dan pendidikan.

Sementera itu, Masagos Zulkifli menyampaikan kondisi masyarakat Melayu Islam yang hidup secara minoritas di tengah keterbukaan dan pesatnya perkembangan di Singapura.

Dia mengatakan, hanya sekitar 15 persen masyarakat Melayu Islam yang dinggal di tengah di negara itu.

Baca juga: 463 Beasiswa dari SBI Pabrik Narogong, Wujudkan Pendidikan Inklusif

“Kami tinggal di tengah perkembangan yang begitu pesat, terbuka, dan sekuler. Itu menjadi tantangan kami,” ujarnya.

Masagos Zulkifli menuturkan, pesatnya perkembangan Singapura didorong melalui empat dasar utama yakni integritas, penerapan meritokrasi, berdikari secara mandiri, serta mampu menerima kemajemukan.

Empat dasar tersebut dibangun melalui model “Masyarakat Gemilang” yang terbagi menjadi tiga pondasi yakni kepribadian yang baik, kemahiran agar bisa berkontribusi bagi sesama, dan kerukunan dalam menjalankan peran sebagai warga negara.

Masagos Zulkifli mengatakan, jika ketiganya dapat diraih dengan maksimal, maka masyarakat terbaik akan bisa diwujudkan.

Masagos Zulkifli sendiri tengah berada di Indonesia untuk menghadiri rangkaian kegiatan Sidang Dewan Menteri Pilar Sosial Budaya ASEAN/ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) ke-30 yang digelar oleh Kemenko PMK di Langham Hotel Jakarta, pada Selasa (29/8/2023).

Baca juga: Dukung Pendidikan dan Pemberdayaan Terintegrasi, SBI Hadirkan Solusi Academy

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau