Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Waspada Bencana Hidrometeorologi

Kompas.com - 09/11/2023, 12:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada masa peralihan (Pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.

Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya terjadi pada Oktober - Desember 2023, yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen.

Sementara puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada Januari - Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1 persen).

Karena itu, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, dihimbau waspada dan berhati-hati.

Dibandingkan dengan normal, lanjut dia, awal musim hujan 2023/2024 pada 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia diprediksikan mundur sebanyak 446 ZOM (64 persen), SAMA 56 ZOM (8 persen), dan MAJU 22 ZOM (3 persen).

Semantara 50 ZOM (7 persen) sudah masuk musim hujan, 12 ZOM (2 persen) dengan musim hujan sepanjang 2023, dan 113 ZOM (16 persen) dengan tipe 1 musim sepanjang tahun.

Sementara sifat hujan pada periode Musim Hujan 2023/2024 diprakirakan normal 566 ZOM (80,9 persen), atas normal sebanyak 69 ZOM (9,9 persen), dan bawah normal 64 ZOM (9,2 persen).

Selain kepada masyarakat, Dwikorita juga meminta kementerian/lembaga, pemeritah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal (lebih basah dibanding biasanya).

Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor.

Kepada pemerintah daerah (Pemda) diharapkan dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.

Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan menjadikan informasi Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 sebagai acuan untuk menyusun rencana Aksi Dini (Early Action), dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologi.

Krisis iklim picu bencana

Memasuki Oktober, bencana umum yang biasanya rutin di musim penghujan adalah banjir dan tanah longsor.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, di luar musim hujan saja, banjir dan longsor menjadi bencana hidrometeorologi di beberapa daerah.

Bencana hidrometeorologi biasanya akibat cuaca ekstrem. Pemanasan global dan krisis iklim menjadi penyebab utamanya.

BMKG berulang kali mengingatkan masyarakat untuk waspada peralihan musim kemarau ke hujan saat ini.

Seperti gempa, tanah longsor adalah jenis bencana yang sulit diprediksi. Lain halnya dengan bencana banjir biasanya datangnya dapat dipantau.

Jika Bendung Katulampa di Bogor, Jawa Barat, siaga III/IV, sepuluh jam kemudian air akan sampai di Kampung Melayu di Jakarta Timur.

Banjir bandang adalah fenomena bencana baru akhir-akhir ini. Kasus banjir bandang beberapa tahun lalu, di Sungai Cidurian, Kabupaten Bogor, yang meluluhlantakkan jembatan antardesa/kecamatan yang merupakan sarana vital bagi mobilitas warga setempat.

Banjir bandang terjadi karena hutan air di daerah hulu beralih alih fungsi sehingga kemampuan menyerap dan menangkap air hujan berkurang.

Kawasan hutan lindung dan cagar alam merupakan kawasan yang efektif menyimpan air. Hutan dengan pohon berdaun jarum seperti pinus mampu membuat 60 persen air hujan terserap tanah.

Sedangkan, kemampuan hutan dengan pohon berdaun lebar dalam menyerap air hingga 80 persen. Makin rapat pohon yang ada dan makin berlapis-lapis strata tajuknya, makin tinggi pula air hujan yang akan terserap ke dalam tanah.

Keragaman hayati hutan, karena itu, menjadi penting sebagai pencegah bencana alam. Maka untuk mencegah bencana banjir bandang dan tanah longsor, tidak ada kata lain selain mempertahankan kawasan hutan dan tutupannya. Caranya dengan mencegah alih fungsi lahan hutan di daerah hulu.

Untuk daerah hulu kawasan hutan dan tutupan hutannya rusak, reforestasi dan rehabilitasi lahan mutlak diperlukan.

Menanam spesies cepat tumbuh dan berdaun lebar salah satu pilihan jenis pohon dalam rehabilitasi daerah hulu sungai yang rusak.

Sementara untuk mencegah longsor di tebing-tebing hutan bisa dengan vegetasi kayu cepat tumbuh yang memiliki sistem akar dalam.

Vetiver menjadi pilihan efektif mencegah longsor di areal pertanian, bantaran sungai, atau lahan curam.

Krisis iklim membuat kita tak hanya harus waspada, juga mencegah pelbagai bencana hidrometeorologi dengan mengembalikan hutan ke dalam struktur alamiahnya.

Bencana Hidrometeorologi 2023

Sebanyak lebih dari dua ribu bencana terjadi di Indonesia periode 1 Januari hingga 31 Agustus 2023. Jenis bencana terbanyak ialah hidrometeorologi seperti banjir.

Bencana terbanyak, yakni banjir dengan 850 kejadian. Kemudian cuaca ekstrem 836 kejadian, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 481 kejadian, tanah longsor 442 kejadian, serta kekeringan 58 kejadian.

Seluruh bencana mengakibatkan 198 orang meninggal. Sebanyak 4.173.618 orang menderita dan mengungsi, 5.552 orang luka-luka, dan 10 orang hilang.

Bencana menyebabkan 24.726 rumah rusak. Terdiri dari 3.358 rumah rusak berat, 3.689 rumah rusak sedang, dan 17.679 rumah rusak ringan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com