Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2023, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kebakaran yang terjadi di tempat pembuangan akhir (TPA) menyebabkan pelepasan zat-zat beracun yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.

Hal tersebut disampaikan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar dalam acara "Green Press Community" di Jakarta, Rabu (8/11/2023).

"Semua zat beracun itu keluar, ada dioksin, furan, karbon monoksida, sulfur, dan sebagainya, karena semua (sampah) yang dibuang terbakar," kata Novrizal, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: 14 TPA Kebakaran dalam 3 Bulan, Berikut Daftarnya

Dia mengatakan, sejak awal tahun 2023 sampai sekarang, ada 35 TPA yang terbakar di seluruh Indonesia.

Kebakaran yang terjadi di TPA, menurut dia, lebih susah dipadamkan karena adanya sumber bahan bakar berupa gas metana yang dihasilkan oleh sampah organik.

Gas metana tersebut membuat upaya pemadaman kebakaran di TPA bisa berlangsung sampai berhari-hari.

Novrizal mencontohkan, salah satu kebakaran tumpukan sampah yang parah terjadi di TPA Rawa Kucing, Tangerang, Banten.

Baca juga: Walhi: Rentetan Kebakaran TPA di Jateng karena Kurang Mitigasi

"TPA Rawa Kucing itu posisinya hanya 2,5 kilometer dari ujung runway Bandara Soekarno-Hatta, sempat tujuh pesawat internasional tidak bisa mendarat," tutur Novrizal.

"Kebayang kalau tidak padam waktu itu, bisa chaos juga ini, malu juga kita di dunia internasional," sambungnya.

Kebakaran yang terjadi di TPA Rawa Kucing pada 20 Oktober 2023 mendorong Pemerintah Kota Tangerang di Provinsi Banten memberlakukan status tanggap darurat dari 20 Oktober sampai 2 November 2023.

Pemerintah daerah sempat mengevakuasi warga yang tinggal di daerah sekitar fasilitas penampungan sampah itu guna menekan dampak asap akibat kebakaran terhadap kesehatan warga.

Baca juga: Sampah Warga 170 Ton Per Hari, TPA Regional Bangka Tak Kunjung Terealisasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau