JAKARTA, KOMPAS.com - Terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia terus didukung sejumlah pihak. Salah satunya Presiden Direktur Oyika Indonesia Albert Soerjonoto.
Dia merupakan anak muda Indonesia dengan sejumlah prestasi. Meskipun baru menempati posisi tersebut, Albert sudah lama berkecimpung di dunia teknik elektro.
Pengalamannya yang panjang memberikan keahlian dan pengetahuan yang mendalam untuk mendukung mimpinya menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam industri kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Sejak remaja, ketertarikan Albert terhadap dunia kelistrikan sudah terlihat sejak menjadi juara pertama dalam lomba karya ilmiah remaja se-Jawa dan Sumatera.
Mengambil jurusan teknik elektrikal dan elektronik dengan beasiswa penuh di Nanyang Technological University (NTU) Singapura membuktikan tekad dan dedikasinya yang tinggi dalam memahami bidang tersebut secara mendalam.
Baca juga: Jebel Ali, Pembangkit Listrik dan Air Terbesar Dunia Garapan Warga Lokal
Pada tahun pertamanya, Albert mewakili NTU dalam perlombaan robotik di Shenzen, China, dan mulai bermimpi untuk bekerja di Tesla Incorporation, Amerika Serikat, perusahaan milik Elon Musk.
Perjalanannya tentu tidak mudah, ia sempat ditolak saat mencoba melamar pekerjaan di Tesla.
Albert kemudian kembali ke Asia Tenggara untuk meraup banyak pengalaman. Di Indonesia ia sempat bekerja di Accenture dan Astra Toyota, kemudian pernah juga magang di Nutonomy, startup self-driving car dari MIT yang lalu diakuisisi Hyundai di Singapura.
Dari pembelajaran dan pengalamannya ini, kerja keras Albert membuahkan hasil. Dia menjadi satu-satunya pemagang dari Asia yang diterima di Tesla pada 2019. Ia bekerja di ruangan yang sama dengan Elon Musk di Pabrik Tesla.
Pengalaman magangnya di Tesla tidak hanya memperdalam minatnya dalam industri kendaraan listrik, tetapi juga memupuk semangatnya untuk turut serta dalam mengatasi perubahan iklim.
Albert menyadari bahwa polusi kendaraan konvensional menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Bahkan, motor konvensional menghasilkan polusi udara hingga 16 kali lebih tinggi daripada mobil.
Baca juga: Ekosistem Lengkap, Indonesia Siap Jadi Pemain Kendaraan Listrik Global
Namun pada saat itu Tesla belum berfokus pada pengembangan motor listrik, sehingga Albert memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai petualangannya bersama Oyika.
"Selain itu, saya juga melihat adanya potensi besar Indonesia dalam mengurangi polusi dan mendorong perkembangan industri motor listrik, mengingat Indonesia memiliki populasi motor listrik terbesar ketiga di dunia dan yang terbesar di Asia Tenggara," urai Albert dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2023).
Namun, Albert sadar bahwa Indonesia juga menghadapi tantangan yang signifikan dalam mewujudkan elektrifikasi mobilitas seperti ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang terbatas, tingginya biaya awal motor listrik, dan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan keunggulan motor listrik.
Pendidikan dan pengalamannya di bidang kelistrikan memberikan fondasi kuat bagi Albert untuk memahami aspek teknis dan inovatifnya dalam menghadapi tantangan elektrifikasi mobilitas di Indonesia.
Baca juga: Pakar UI Sebut Sistem Penggerak Kendaraan Listrik Kunci Transportasi Bersih
Bersama Oyika, Albert berupaya membangun infrastruktur pengisian daya yang luas dan terjangkau, memberikan solusi inovatif seperti konsep Battery-as-a-Service (BaaS), serta membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan lokal.
Menurutnya, kolaborasi erat antara sektor swasta, pemerintah, dan perusahaan lokal dalam pengembangan motor listrik akan menciptakan ekosistem berkelanjutan.
"Hal ini tidak hanya akan memajukan industri, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan ekonomi nasional. Kolaborasi ini tentu akan menguntungkan semua pihak karena menciptakan solusi yang holistik dan berdaya saing," ungkap Albert.
Dengan langkah-langkah progresif ini, Albert memiliki harapan besar untuk Indonesia. Ia yakin melalui percepatan adopsi motor listrik, Indonesia dapat mengurangi polusi udara, menciptakan lapangan kerja di sektor teknologi hijau, dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri energi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya