KUPANG, KOMPAS.com - Forum Group Discussion terkait Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) digelar di Hotel Harper Kupang, Senin (11/12/2023).
Acara itu dihadiri sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi NTT, Delegasi Kedutaan Besar Kanada Kevin Tolkar dan dari International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF).
Kegiatan yang merupakan kerjasama antara Pemprov NTT dan ICRAF Indonesia, ini berfokus pada isu perubahan iklim.
Pemerintah Kanada melalui Land4Lives mengucurkan dana Rp 195 miliar untuk merintis kegiatan kerjasama tersebut, khususnya dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.
"Ini proyek penting sehingga pemerintah kami senang bisa menjadi bagian dalam kegiatan perubahan iklim ini dan perlu mendengar berbagai masukan dari masyarakat dan Pemprov NTT untuk progres ke depan," kata Delegasi Kedutaan Besar Kanada Kevin Tolkar.
Baca juga: Kesepakatan dengan Ambisi Iklim Tinggi Jadi Kemenangan COP28
Land4Lives membantu mendukung pertanian cerdas iklim, kami membantu masyarakat meningkatkan gizi.
"Kami juga membantu mendukung pengelolaan bentang alam dan daerah aliran sungai serta mendorong proses yang lebih inklusif di tingkat lokal, termasuk lebih banyak keterlibatan perempuan khususnya dalam proses pengambilan keputusan," tutur Kevin.
Sebagai seorang konselor dan Kepala Kerja Sama Pembangunan di Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia, pihaknya ingin mendukung masyarakat NTT mencegah gizi buruk dan stunting.
Menurut Kevin, masyarakat Kanada maupun Indonesia termasuk NTT sama-sama menghadapi masalah yang sama yakni perubahan iklim.
"Sehingga kita perlu kerja sama atau kolaborasi untuk membuat perkembangan yang baik untuk menghasilkan solusi bersama mengatasi persoalan iklim ini," imbuhnya.
Baca juga: COP28: Aktivis Muda Muak dengan Janji-janji Iklim
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT Ondy Siagian mengatakan, kerja sama Pemprov NTT dengan ICRAF Indonesia terkait isu perubahan iklim sudah dilakukan sejak tahun 2021.
"Untuk saat ini lebih kepada penyusunan rencana melalui KLHS, baik itu RTRW maupun RPJPD NTT," ujar Ondy.
Ondy menyebut, ICRAF membantu penyusunan KLHS sekaligus mendampingi NTT untuk isu-isu global terkait lingkungan hidup.
Sehingga, Pemprov NTT yakni DLHK sangat berterima kasih dalam kerja sama ini dan semoga produk-produk perencanaan ini menjadi lebih baik bagi NTT ke depannya.
Khusus untuk program pemberdayaan, ICRAF sudah mengaplikasikan program irigasi tetes di beberapa daerah di NTT seperti di Desa Neke, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di desa itu, ada beragam program yakni Kebun Belajar, kebun dapur, dan Sekolah Perempuan Neke.
Sedangkan untuk daratan Pulau Flores juga sudah mulai diterapkan irigasi tetes oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Termasuk juga di Pulau Sumba, yang juga sudah replikasi teknologi irigasi tetes.
"Karena beberapa tumbuhan yang tidak bisa tumbuh ternyata dengan irigasi tetes bisa tumbuh seperti anggur. Ini menandakan di semua tempat bisa menggunakan irigasi tetes sehingga DLH NTT akan replikasi praktik baik yang sudah dilakukan oleh ICRAF Indonesia," kata dia.
Khusus pengembangan pertanian lanjut Ondy, DLHK NTT memprogramkan skema agroforestri sehingga tetap ada hutan dan sebagian lahan terbuka dimanfaatkan untuk penanaman jagung, sorgum dan tanaman lainnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya