Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 5 Januari 2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Sebanyak delapan musisi bakal tampil dalam konser yang menyuarakan isu darurat perubahan iklim pada Sabtu (6/1/2024) di Malang Creative Center, Malang, Jawa Timur.

Para musisi tersebut adalah FSTVLST dari Yogyakarta, Navicula dari Bali, Iga Massardi dari Jakarta yang berkolaborasi dengan Lorjhu’ dari Madura, serta Made Mawut dari Bali.

Selain itu ada musisi asli Malang seperti Nova Ruth, Iksan Skuter, Pagi Tadi, serta legenda rock Toto Tewel berkolaborasi dengan Lie Andi.

Baca juga: Suarakan Isu Iklim, 13 Musisi Kolaborasi Buat Album Kompilasi

Hampir semua musisi yang akan tampil dalam konser Sonic/Panic tersebut adalah anggota dari Music Declares Emergency (MDE) Indonesia, sebuah aliansi musisi serta pelaku industri nasional yang berkomitmen mengkampanyekan isu lingkungan dalam karya serta kerja-kerjanya.

MDE Indonesia adalah bagian dari kampanye global Music Declares Emergency, yang telah menghimpun dukungan dari 6.000 musisi, pelaku industri, dan pekerja kreatif musik dari seluruh dunia.

Sejak pertama dicanangkan pada 2019, MDE telah menyebar ke puluhan negara dan menerima dukungan dari musisi serta pelaku industri global seperti Billie Eilish, Arcade Fire, serta Bon Iver.

Vokalis Navicula sekaligus pemrakarsa MDE Indonesia, Gede Robi, mengatakan, seringkali pelaku industri musik mengerdilkan musik hanya sebagai sarana hiburan.

Baca juga: Suarakan Isu Iklim, 13 Musisi Kolaborasi Buat Album Kompilasi

Padahal, musik mempunyai kekuatan yang sering dilupakan sebagai media edukasi dan pergerakan.

“Kami ingin mengembalikan kekuatan musik ini, apalagi isu lingkungan belum menjadi prioritas di media populer,” kata Robi dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (4/1/2024).

“Jika setiap generasi punya revolusinya masing-masing, maka isu lingkungan menjadi revolusi di generasi kita,” sambungnya.

Indonesia adalah negara pertama di benua Asia yang memulai kampanye Music Declares Emergency.

Baca juga: 13 Musisi Bersatu dalam Sonic/Panic untuk Suarakan Isu Iklim

Dengan slogan bersama “No Music on a Dead Planet” atau bila ditranslasikan menjadi tidak ada musik di planet yang mati, MDE Indonesia adalah gerak kolaboratif dari 13 musisi lintas genre di seluruh Indonesia.

Ke-13 musisi itu adalah Endah N Rhesa, Iga Massardi, Guritan Kabudul, Nova Filastine, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Kai Mata, Rhythm Rebels, Prabumi, dan Made Mawut.

Setelah memprakarsai pendirian label rekaman Alarm Records dan merilis album kompilasi sonic/panic yang berisi lagu dari 13 musisi lintas genre, para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia mengadakan dua kali konser bersama di Ubud, Bali, pada 4 November 2023 dan di Yogyakarta pada 2 Desember 2023.

Para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia bersepakat bergerak bersama untuk menyuarakan isu perubahan iklim dan perlahan mengujicobakan praktik ramah lingkungan dalam mengadakan konser serta tur.

Contohnya adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai pada tenant, penonton, maupun panitia.

Baca juga: 4 Cara AI Bantu Lawan Perubahan Iklim

Selain itu, menyediakan pos isi ulang air minum untuk mendorong penonton membawa botol minuman sendiri, hingga mendorong para penampil datang ke kota tujuan lewat jalur laut atau darat untuk menekan jejak karbon.

“Musisi bisa mulai mendorong praktik lebih ramah lingkungan di konser-konsernya,” ucap Nova Ruth, musisi asal Malang dan salah satu penggagas Sonic/Panic di Malang.

Dia menambahkan, dimulai dari hal kecil seperti isi hospitality rider yang lebih ramah lingkungan, festival akan menyesuaikan diri dan menjadi terbiasa.

“Bukan tidak mungkin, ini akan memantik perubahan di ekosistem festival di Indonesia secara lebih luas,” tuturnya.

Sementara itu, Iksan Skuter berharap, musik yang mereka bawakan dan isu yang kami suarakan menjadi pengingat bahwa alam sekitar lebih penting dari pembangunan yang menyisihkan kondisi alam.

Baca juga: Antisipasi Krisis Iklim, Brussels Berencana Jadi Kota Ramah Pedestrian

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau