KOMPAS.com - Kota Hutan Vertikal pertama di China, selesai dibangun pada akhir 2022 lalu. "Kota" ini merupakan rumah bagi sekitar 500 orang dan lebih dari 5.000 semak serta pohon.
Meskipun umumnya kita tidak akan menganggap gedung pencakar langit sebagai ruang hijau, arsitek Italia Stefano Boeri telah mendobrak gagasan ini selama beberapa dekade.
Proyek terbarunya, Kompleks Kota Hutan Vertikal Easyhome Huanggang, meliputi lahan seluas 4,54 hektar dan mencakup dua menara hunian dan tiga menara komersial.
Baca juga: 5 Cara Mudah Membentuk Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Huanggang adalah rumah bagi lebih dari 1,2 juta orang. Kawasan ini terletak di Provinsi Hubei, sekitar 70 kilometer di timur Wuhan.
"Penghuninya memiliki kesempatan untuk mengalami ruang perkotaan dari perspektif yang berbeda sambil menikmati kenyamanan dikelilingi oleh alam," ujar Arsitek Stefano Boeri, dikutip dari Euronews, Kamis (4/1/2024).
Hunian vertikal ini menggabungkan balkon terbuka dan tertutup untuk menciptakan efek tangga.
Desain tersebut dimaksudkan demi menciptakan pergerakan yang terus-menerus dan selalu berubah, karena bangunan tersebut mengintegrasikan lingkungan alam dan buatan.
Semua tanaman yang termasuk dalam proyek ini dipilih dari spesies asli yang tidak invasif.
Ada 404 pohon, yang sebagian besar Ginkgo biloba-jenis Ginkgoales, ordo pohon kuno yang berasal lebih dari 290 juta tahun.
Ada juga 4.620 semak yang digunakan dalam desain, dan 2.409 meter persegi rumput abadi, bunga, serta tanaman merambat.
“Penghuni apartemen memiliki kesempatan untuk merasakan ruang kota dari sudut pandang berbeda sambil menikmati kenyamanan dikelilingi oleh alam," terang dia.
Rupanya, proyek tersebut bukanlah satu-satunya proyek Boeri yang direncanakan di China. Selain Huanggang, ada kota biofilik (desain yang erat dengan alam) lainnya yang akan dibangun.
Proyek sejenis sedang berlangsung di Kota Hutan Liuzhou, di provinsi pegunungan Guangxi di China Selatan.
Baca juga: Bank Danai Perusahaan Pemusnah Lingkungan, Greenpeace: Perlu Direformasi
Liuzhou adalah salah satu kota yang paling terkena dampak kabut asap di dunia, oleh karena itulah kota ini dipilih sebagai tuan rumah bagi karya Boeri.
Kota Hutan Liuzhou akan menampung 30.000 orang, bersama dengan 40.000 pohon dan lebih dari satu juta tanaman dari lebih dari 100 spesies berbeda.
Digambarkan sebagai “organisme perkotaan”, ia dirancang untuk menyerap 9.000 ton karbon dioksida setiap tahun, bersama dengan lebih dari 50 ton partikel mikro.
Adapun proyek ini dibuat untuk dapat membantu meningkatkan kualitas udara, serta memerangi emisi karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya