Jakarta, Kompas.com - KOMPAS.com - Bupati Indramayu, Lucky Hakim, melepaskan ular, burung hantu, hingga biawak ke area persawahan di Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, pada Minggu (17/8/2025), usai memimpin upacara HUT ke-80 Republik Indonesia.
Untuk jenis ular yang dilepaskan adalah ular koros dan lanang sapi. Pelepasan tersebut bertujuan untuk mengendalikan hama tikus yang merajalela sekaligus memulihkan ekosistem persawahan di Indramayu.
Menanggapi hal itu, pakar herpetologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amir Hamidy menilai, ular menjadi predator alami paling efektif dalam mengendalikan populasi tikus di persawahan Indramayu.
Ular memiliki keunggulan dalam berburu tikus karena kemampuannya dalam mendeteksi bau tikus melalui organ Jacobson. Ular juga memiliki bentuk tubuh silinder yang memungkinkannya masuk ke dalam lubang tikus.
"Tikus bagian dari rantai ekosistem (persawahan yang merupakan) buatan manusia, karena dia (tikus) memang makan, merusak padi. Karena ini tanaman monokotil, ya otomatis kemudian populasi tikus banyak, dan itu merugikan secara ekonomi. Predator alaminya paling efektif itu sebenarnya ya ular," ujar Amir saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/8/2025).
Menurut Amir, ular koros dan ular lanang sapi efektif sebagai predator alami untuk membasmi tikus. Meski, jenis ular-ular tersebut aktif pada siang hari (diurnal), tetapi mampu berburu tikus yang aktif pada malam hari (nokturnal) karena kemampuannya untuk masuk ke dalam lubang dan mendeteksi keberadaan tikus.
Baca juga: Pengesahan RUU Masyarakat Adat, Jalan Pulang Menuju Pertanian Berkelanjutan
Selain ular, burung hantu juga dapat berperan sebagai predator alam untuk memberantas tikus. Namun, efektivitas burung hantu terbatas karena nokturnal atau bersamaan dengan aktivitas tikus. Sedangkan kobra yang nokturnal, kata dia, kurang ideal untuk dijadikan predator alami dalam membasmi tikus lantaran berbisa.
Ular lanang sapi dan ular koros tidak akan mengganggu ekosistem persawahan di Indramayu. Ia menganggap ular lanang sapi dan ular koros sebenarnya memang bagian dari ekosistem persawahan di Indramayu.
Populasi ular lanang sapi dan ular koros juga akan dikendalikan oleh jumlah tikus dan predator alaminya seperti elang, garangan, dan biawak. Eksploitasi terhadap ular, kata dia, perlu dicegah untuk menjaga keseimbangan ekosistem persawahan di Indramayu.
Dengan menjaga populasi predator alami seperti ular, serangan hama tikus dapat dikurangi. Di sisi lain, Amir juga menggarisbawahi pentingnya melindungi rantai makanan dalam ekosistem persawahan di Indramayu untuk mencegah ledakan populasi ular.
"Jadi, kalau elangnya habis, ditembakin, diperjualbelikan, garangannya ditembakin, diperjualbelikan, ya, efeknya ke sana semuanya gitu (ledakan populasi ular," tutur Amir.
Baca juga: Pakar UGM Sebut Perubahan Iklim Ancam Pola Hujan dan Pertanian Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya