Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Orangutan Lahir di Taman Nasional Kalimantan Barat, Dinamai Julia

Kompas.com, 20 Agustus 2025, 11:02 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kalimantan Barat, mengumumkan kelahiran bayi orangutan kalimantan betina yang dinamai Julia. Ia lahir dari induk berusia 13 tahun bernama Santi.

Pada akhir Juli 2025, petugas pertama kali melihat Santi menggendong Julia di sekitar camp monitoring orangutan Teluk Ribas.

“Kelahiran Julia di kawasan TNBBBR membuktikan bahwa kawasan ini merupakan habitat yangg baik, dan sangat mendukung kesejahteraan hidup orangutan sehingga dapat berkembang biak," ungkap Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Murlan Dameria Pane, dalam keterangannya, Selasa (19/8/2025).

Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) memastikan bahwa Julia dalam kondisi sehat, aktif, dan mendapat asupan susu yang cukup dari induknya. Begitupula dengan sang induk yang dinyatakan sehat pasca melahirkan.

Baca juga: Hari Orangutan Sedunia, Populasinya yang Kian Mengkhawatirkan

YIARI menjelaskan, Santi adalah salah satu orangutan yang dilepasliarkan di TNBBBR pada 28 Juni 2019. Sebelumnya dia sempat dipelihara secara ilegal, lalu dirawat oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar dan tim gabungan. 

Ketua Umum YIARI, Silverius Oscar Unggul, menilai kelahiran Julia menjadi bukti keberhasilan upaya konservasi orangutan dalam jangka panjang.

"Santi yang dulunya adalah orangutan korban pemeliharaan ilegal kini mampu berkembang biak secara alami di habitat alaminya dan membentuk generasi baru. Ini merupakan indikator positif keberlangsungan populasi orangutan di alam liar," kata Silverius.

Sejak 2016, BKSDA Kalbar, Balai TNBBBR, dan YIARI melepasliarkan 82 orangutan hasil rehabilitasi ke kawasan TNBBBR.

Program ini tidak hanya berhasil mengembalikan satwa ke habitat alaminya, tetapi juga mencatatkan delapan kelahiran alami dari induk orangutan yang sebelumnya direhabilitasi.

Orangutan yang dilepasliarkan mampu beradaptasi, bertahan hidup, dan berkembang biak secara mandiri di alam liar. Selain itu, sebagai bukti bahwa hutan di TNBBBR masih mampu menyediakan ruang aman sekaligus mendukung proses reproduksi alami satwa dilindungi tersebut.

Baca juga: Kisah Jojo, Orangutan Kalimantan yang Kini Hidup Bebas di Alam

“Kami menyambut gembira kabar kelahiran ini. Keberhasilan orangutan untuk berkembang biak di kawasan taman nasional menunjukkan bahwa ekosistem di TNBBBR masih mampu mendukung kehidupan satwa liar," ucap Kepala Balai TNBBBR, Persada Agussetia Sitepu.

"Kami berterima kasih atas kerja sama dengan YIARI dan semua pihak yang mendukung upaya konservasi ini," imbuh dia.

Kawasan TNBBBR dipilih sebagai lokasi pelepasliaran setelah melalui kajian mendalam. Taman Nasional ini memiliki populasi orangutan liar yang relatif sedikit, sehingga risiko persaingan antar individu dapat ditekan.

TNBBBR juga kaya akan keanekaragaman jumlah dan jenis tumbuhan hutan yang menjadi sumber pakan alami orangutan. Dengan begitu, dapat mendukung keberhasilan proses adaptasi satwa yang dilepasliarkan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau