Ekstensifikasi lahan pertanian perlu dikaji lebih lanjut karena dapat mengancam keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan jangka panjang, terutama di tengah ancaman krisis iklim.
Konsep intensifikasi sempat disinggung secara sederhana bisa menjadi solusi atas ancaman tersebut. Solusi ini tidak hanya fokus pada usaha menggenjot produksi, tapi menciptakan “Ecological Balances” lewat penekanan etika lingkungan pada prosesnya.
Lebih jauh, ada beberapa alasan mengapa intensifikasi lebih mudah diaplikasikan daripada ekstensifikasi ketika penguatan sektor pangan dihadapkan pada krisis iklim.
Intensifikasi berarti menekankan pada optimalisasi lahan yang sudah ada dengan teknik atau metode lebih efisien. Artinya, lahan yang sudah tersedia tidak perlu diperluas dengan mengorbankan ekosistem lain dalam prosesnya.
Salah satu model yang bisa ditawarkan adalah melakukan mixed-use lahan dengan aktivitas pertanian yang terpadu. Integrasi pemanfaatan lahan pertanian seperti tanaman-ternak dapat meningkatkan daur ulang ekologis dan biologis pada tanah, serta kontrol terhadap gulma.
Metode lain yang perlu didorong oleh pasangan calon adalah pendekatan agroforestri.
Intensifikasi lahan dapat dilakukan tanpa merusak ekosistem hutan. Pengenalan terhadap agroforestri pada program food estate. Agroforestri menekankan pada pencampuran berbagai jenis tanaman pada satu area pertanian.
Hal ini memungkinkan produksi pangan dapat terdiversifikasi dan memperkuat ketahanan tanaman dari potensi penyakit.
Intensifikasi juga dapat didorong dengan pemanfaatan input pertanian yang lebih ramah lingkungan, bibit unggul yang disesuaikan dengan kondisi lahan, hingga pengelolaan sistem irigasi yang efektif.
Pemanfaatan bahan-bahan kimiawi seperti pestisida dan pupuk dapat merusak kualitas tanah secara perlahan dan menurun kualitasnya untuk memproduksi hasil pangan.
Pendekatan Mixed-use, Agroforestri maupun pengelolaan yang lebih ramah lingkungan di sistem pertanian merupakan intervensi pertanian dengan meniru proses bekerja ekosistem.
Solusi berbasis lingkungan (Nature-Based Solutions) diupayakan untuk menghindarkan dampak negatif dari pengembangan sektor pertanian yang tidak mempertimbangkan kaidah keseimbangan.
Ini untuk menghindari terjadinya erosi dan degradasi unsur hara pada tanah, maupun berkurangnya daerah tutupan hutan yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia.
Panggung debat merupakan arena intelektual yang harusnya mempertontonkan pertukaran ide, kritik, dan perbaikan. Minimnya pembahasan terhadap solusi nyata untuk menyeimbangkan kualitas lingkungan dan produktifitas pertanian memunculkan kekecewaan.
Padahal, krisis iklim semakin dirasakan oleh para komunitas petani maupun orang yang bergerak di sektor pangan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya