Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2024, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sebelumnya, ekonom senior sekaligus Co-founder Institute for Social, Economic, and Digital (ISED), Ryan Kiryanto menyampaikan, tak ada yang perlu dikhawatirkan jika pasar listrik dalam negeri dibuka untuk pemain lain.

Hal tersebut, kata Ryan, justru membuat PLN tetap baik dan semakin kompetitif.

"Apa yang perlu dikhawatirkan? Apa pun jenis industrinya, kalau kontestan, pemain banyak, justru menimbulkan persaingan yang lebih sehat dan terbuka. Termasuk listrik. Masyarakat pun pada akhirnya akan diuntungkan," ujarnya dikutip Antara, 11 Desember 2023.

Baca juga: Skema Power Wheeling Transmisi PLN dalam RUU EBT Dinilai Kurang Tepat, Ini Alasannya

Dengan adanya persaingan, para produsen bidang kelistrikan atau industri lain akan berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk dan layanannya.

Selain itu mereka juga bersaing di harga sehingga menguntungkan konsumen.

"Jadi, kalau memang dibuka untuk pemodal domestik, asing, non-pemerintah, dan non BUMN boleh masuk ke sektor strategis, ya tidak apa-apa. Bahkan, persaingan lebih terbuka, lebih sehat, dan berkompetisi," kata dia.

Sebaliknya, menurut dia, jika industri terlalu monopoli, justru membuat terlena.

Pasar yang dikuasai monopoli juga membuat penetapan harga sulit dilakukan. Bahkan pada sisi layanan, kemungkinan bisa mengurangi kepuasan konsumen.

Baca juga: Pencabutan Skema Power Wheeling di RUU EBT Sudah Tepat, Ini Alasannya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau