Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YKI Luncurkan 2 Program Guna Edukasi Masyarakat Soal Kanker

Kompas.com, 24 April 2024, 11:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Kanker Indonesia (YKI) merilis dua program baru, yakni Kami Penyintas Unggul Yayasan Kanker Indonesia (Kampiun) dan kanal YouTube YKI TV, untuk meningkatkan penyebaran edukasi kanker kepada masyarakat luas. 

“YKI terus berkomitmen menjalani beragam kegiatan edukatif, deteksi dini, serta melayani masyarakat di bidang suportif dan paliatif,” kata Ketua Umum YKI Profesor Aru Wisaksono Sudoyo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (23/4/2024). 

Aru menjelaskan, untuk mengimbangi tatanan kehidupan yang terus berubah dan menghadapi tantangan atas perkembangan kasus kanker, pihaknya terus berupaya beradaptasi dan melakukan penyesuaian dengan situasi terkini. 

Baca juga: Deteksi Dini Jadi Kunci Keberhasilan Atasi Kanker Mulut

Salah satunya dengan cara digitalisasi data dan informasi, hingga memajukan pelayanan penunjang termasuk klinik deteksi dini, paliatif, rumah singgah, apotek, dan termasuk meluncurkan dua lini strategis. 

Dalam program Kampiun, YKI menjadikannya sebagai wadah penyintas kanker yang bermanfaat dan bermartabat.

Program tersebut bertujuan membantu menciptakan kehidupan yang berkualitas bagi penyintas kanker, memperkaya pengetahuan dalam bidang kanker, serta memberikan navigasi bagi pasien kanker.

“Kampiun akan menjadi lini penting YKI dengan visi untuk menciptakan dan mempertahankan penyintas kanker yang bermanfaat dan bermartabat,” kata Aru.

Baca juga: Studi: Infeksi TBC Berkaitan Peningkatan Risiko Berbagai Kanker

Sedangkan YKI TV dimaksudkan memberikan informasi dan edukasi seputar kanker yang dikemas secara menarik melalui wawancara, siniar, testimoni, tip kesehatan, pemberitaan, dan lain sebagainya.

"Fasilitas ini (YKI TV) akan segera diluncurkan pada 2024," ujarnya. 

Kasus kanker meningkat

Dalam kesempatan tersebut, Aru mengungkapkan tren kasus kanker yang semakin hari mengalami peningkatan. 

Berdasarkan data Globocan 2020, jumlah kasus baru kanker di Indonesia 396.914 kasus dan jumlah kematiannya menyentuh 234.511 orang, dengan prevalensi per lima tahun sebanyak 949.088 kasus.

Baca juga: Lantunan Perjuangan Melawan 396.914 Kasus Kanker

Terkait tingginya kasus kanker tersebut, Aru berharap YKI dapat semakin mempererat kerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah guna menanggulangi permasalahan kanker di Indonesia secara lebih maksimal.

"YKI sangat bersyukur dapat terus berkiprah hingga usianya ke-47 tahun dan akan terus meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker. Hal ini hanya dapat dilakukan bersama-sama segenap pemangku kepentingan untuk menutup kesenjangan dalam melawan kanker, mengingat jumlah kejadian kanker di Indonesia yang tinggi," tuturnya. 

Sebagai informasi, dalam peluncuran kedua program tersebut, YKI sekaligus merayakan hari jadinya dengan mengangkat tema “Bersama Menutup Kesenjangan Dalam Melawan Kanker”.

Selain dua program baru, YKI juga menggelar sebuah pertunjukan teater musikal berjudul  yang mengangkat kisah nyata seorang atlet nasional muda yang semasa hidupnya melawan kanker.

Baca juga: Kesadaran Minim Jadi Salah Satu Penyebab Tingginya Kematian akibat Kanker

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau