KOMPAS.com - Deteksi dini menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi kanker mulut.
Hal tersebut disampaikan dokter spesialis penyakit mulut Rumah Sakit (RS) Sari Asih Ciputat Kota Tangerang Selatan Rani Handayani, sebagaimana dilansir Antara.
"Kita dapat berperan dalam menurunkan angka kanker mulut dengan melakukan deteksi dini kelainan di dalam mulut yang dapat dilakukan oleh perorangan di rumah yang dikenal dengan Samuri yakni periksa mulut sendiri," kata dia di Tangerang, Banten, Selasa (16/4/2024).
Baca juga: Studi: Infeksi TBC Berkaitan Peningkatan Risiko Berbagai Kanker
Bila ada perubahan di dalam mulut, dia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rongga mulut ke dokter gigi atau dokter gigi spesialis penyakit mulut
"Ketika kanker mulut terdeteksi lebih awal, terapi yang diterima tidak akan kompleks dan risiko perburukan dapat dihindari," kata dia.
Rani menjelaskan kanker mulut salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab kanker rongga mulut hingga saat ini belum diketahui dengan pasti karena terjadinya multi faktorial dan kompleks.
Baca juga: BRIN Kembangkan Nanopartikel dari Bahan Lokal untuk Terapi Kanker Paru
Data pada 2017, Indonesia memiliki insidensi kanker mulut sebesar 5.329 dari total 18.071 kasus. Jumlah kasus tersebut menyebabkan kanker mulut di Indonesia menempati urutan keenam di Asia Tenggara.
"Angka tersebut seharusnya dapat diturunkan karena kanker mulut merupakan salah satu keganasan di dalam mulut yang dapat dicegah dengan melihat tanda klinis yang disebut prekanker atau lesi yang berpotensi menjadi kanker," katanya.
Rani menyampaikan, ada berbagai faktor risiko yang memengaruhi terjadinya kanker di rongga mulut.
Baca juga: Lantunan Perjuangan Melawan 396.914 Kasus Kanker
Risiko terjadinya kanker ini akan lebih meningkat apabila digabung antara berbagai faktor seperti epigenetik yakni konsumsi tembakau, mengunyah siri, konsumsi alkohol, pola makan dan gizi serta obat kumur yang mengandung alkohol
Selain itu, kata dia, ada faktor-faktor lain yang memicu kanker mulut.
Faktor itu yakni infeksi virus, jamur dan bakteri, pasien imunokompromis paparan radiasi yang kontinu dan jangka panjang, pekerjaan yang berpeluang terpapar terus-menerus sinar UV dan zat kimia lainnya, faktor dalam mulut, genetik, umur, dan jenis kelamin.
Baca juga: Kesadaran Minim Jadi Salah Satu Penyebab Tingginya Kematian akibat Kanker
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya