KOMPAS.com - Minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan secara reguler dan rasa takut menjadi beberapa penyebab banyaknya kematian akibat kanker.
Hal tersebut disampaikan dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Jeffry Beta Tenggara, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (2/4/2024).
"Faktor finansial yang terbatas juga memengaruhi masyarakat melakukan skrining kanker, sehingga angka kematian karena kanker masih tergolong tinggi," kata Jeffry.
Baca juga: Sama Berbahayanya, Vape dan Rokok Picu Kanker Paru
Dia mengatakan, faktor lain adalah masih banyak masyarakat yang belum dapat mengakses atau mendapatkan layanan kanker layak serta kurangnya tenaga ahli.
"Meskipun terdapat kemajuan dalam penanganan kanker, di Indonesia ternyata masih banyak warga yang belum mendapatkan layanan kanker secara layak," kata dia.
Di antara berbagai jenis, kanker payudara disebut Jeffry menjadi salah satu kanker paling umum terjadi di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama kematian di kalangan wanita.
Meskipun prevalensinya tinggi, deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini secara signifikan.
Baca juga: Perokok Pasif 4 Kali Berisiko Kena Kanker Paru dibanding Tidak Terpapar Asap
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 70 persen pasien kanker payudara telah memasuki stadium tiga saat terdeteksi.
Padahal, prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam lima tahun bisa mencapai 90-95 persen pada stadium satu, 70-75 persen pada stadium dua, serta 10-25 persen pada stadium tiga dan empat.
"Tingginya angka prevalensi kanker payudara menunjukkan pentingnya deteksi dini kanker, baik secara mandiri maupun secara medis," kata dia.
Managing Director Grup Rumah Sakit Siloam Caroline Riady mengatakan, pihak RS memiliki program semangat lawan kanker (Selangkah).
Baca juga: Mulai Tahun Ini, Puskesmas Dapat Alat Deteksi Dini Kanker
Program tersebut merupakan skrining payudara gratis untuk wanita Indonesia dengan menggunakan alat mamografi tahun ini kembali dilanjutkan dengan target 50.000 wanita di Indonesia.
Program ini akan dijalankan di 14 RS Siloam yang tersebar di 12 kota.
Nunung, dari survivor kanker payudara menyampaikan, skrining kanker payudara bagi wanita bukan lagi suatu pilihan. Ini adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga.
"Jangan takut memeriksakan diri. Dengan tau lebih awal, kemungkinan kesembuhan semakin tinggi," ujarnya.
Baca juga: Pakar: Deteksi Dini Kanker Paru Bantu Metode Pengobatan Tepat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya