Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Organik Disulap Jadi Pupuk, Bantu Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca

Kompas.com - 15/06/2024, 13:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengatakan, sampah organik yang diproses menjadi pupuk adalah salah satu langkah untuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Novrizal menyebut, sampah-sampah organik dapat dimanfaatkan untuk tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Salah satunya untuk kompos atau diolah menggunakan lalat black soldier fly (BSF).

"Biasanya itu komposisi satu ton organik dengan composting akan menurunkan 0,7 ton CO2. Ini juga kita dorong upaya mitigasi seperti itu," tambahnya, dalam diskusi yang diadakan di Jakarta, Jumat (14/6/2024). 

Baca juga: Indonesia Kejar Net Zero Emission Sampah pada Tahun 2050

Pengelolaan sampah merupakan hal penting. Sebab, selain untuk menekan emisi metana dari dekomposisi sampah organik, pengelolaan juga mencegah kepunahan keanekaragaman hayati karena sampah anorganik bisa merusak ekosistem darat maupun laut. 

Apalagi, gas metana merupakan salah jenis emisi GRK dengan potensi pemanasan global lebih besar dari pada karbon dioksida.

Emisi dari satu ton gas metana adalah 28 kali lipat daripada CO2 biasa. Artinya, satu ton gas metana setara dengan 28 ton CO2 ekuivalen. 

"Artinya pengelolaan sampah, terutama sampah-sampah organik, yang memang berpotensi merilis gas metana ini adalah persoalan serius untuk iklim," kata Novrizal.

Kelola sampah untuk tekan emisi

Novrizal menyampaikan bahwa pengelolaan sampah dan limbah termasuk ke dalam salah satu upaya untuk penanganan perubahan iklim.

Sampah juga merupakan salah satu sektor yang ditargetkan mengalami penurunan emisi dalam dokumen iklim nasional Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Baca juga: Mengenal Pengolahan Sampah Berbasis Carbon Neutral, Solusi Masalah Sampah Plastik di Tanah Air

Dalam NDC, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri atau 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

Adapun sektor limbah ditargetkan menyumbang pengurangan emisi 1,4 persen dengan usaha sendiri dan 1,5 persen dengan bantuan internasional. 

Sektor limbah dibagi menjadi empat sub-sektor yaitu yaitu limbah padat domestik, limbah cair domestik, limbah cair industri, dan limbah padat industri.

Sebagai informasi, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, total timbulan sampah pada 2023 mencapai 24 juta ton per tahun, dengan 33,71 persen di antaranya tidak terkelola.

Jenis sampah organik menjadi penyumbang mayoritas sampah tersebut, dengan sampah sisa makanan mencakup 41,7 persen dari total timbulan sampah.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau