Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kejar "Net Zero Emission" Sampah pada Tahun 2050

Kompas.com, 15 Juni 2024, 11:21 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menargetkan sub-sektor limbah padat domestik atau sampah bisa capai kondisi nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2050. 

"Pasca 2030, 2050 kita ingin mewujudkan dalam sektor limbah padat domestik, sampah ini juga net zero emisi ke depan," ujar Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar saat diskusi public “Toward Carbon Neutral Plastic Production and Utilization, The Most Efficiency Urban Waste to Energy" di Jakarta, Jumat (14/6/2024). 

Ia menuturkan, isu sampah dan limbah memiliki keterkaitan erat dengan penanganan perubahan iklim.

Salah satunya untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK) berjenis metana yang dihasilkan dari kurang maksimalnya pengelolaan sampah organik.

Baca juga: Sel Punca Dikembangkan Jadi Kosmetik, Lebih Minim Limbah Industri

"Di sektor waste, Indonesia menetapkan target menurunkan 40 juta ton CO2 ekuivalen tahun 2030 dengan kemampuan sendiri, jadi kalau ada bantuan luar negeri dan lain sebagainya lebih dari itu," tambah Novrizal.

Sebagai informasi, Indonesia punya komitmen menurunkan emisi karbon yang tertera dalam Nationally Determined Contribution (NDC), dengan target keseluruhan sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri atau 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

Adapun sektor limbah ditargetkan menyumbang pengurangan emisi 1,4 persen dengan usaha sendiri dan 1,5 persen dengan bantuan internasional. 

Tekan emisi gas metana

Penanganan sampah penting untuk menekan produksi gas metana yang merupakan salah jenis Gas Rumah Kaca (GRK) dengan potensi pemanasan global besar. Bahkan, lebih besar daripada karbon dioksida.

"Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini juga IPCC, panel internasional untuk perubahan iklim yang terdiri dari pakar-pakar, sudah menetapkan bahwa faktor emisi dari gas metana itu 28 kali lipat dari pada CO2 biasa," tutur Novrizal.

Baca juga: Perusahaan Asal Swiss Kurangi Limbah Radioaktif PLTN Sampai 80 Persen

Dengan demikian, satu ton gas metana setara dengan 28 ton CO2 ekuivalen.

"Jadi artinya pengelolaan sampah, terutama sampah-sampah organik, yang memang berpotensi merilis gas metana ini adalah persoalan serius untuk iklim," tegasnya.

Tidak hanya iklim, pengelolaan sampah juga terkait erat dengan upaya menjaga ekosistem darat maupun laut. Ia menjelaskan, kepunahan dari keanekaragaman hayati memiliki hubungan dengan isu-isu pengurangan dan pengelolaan sampah.

Persoalan polusi juga berhubungan dengan sampah dan limbah. Ia menyebut, Indonesia kini terlibat dalam persiapan global untuk keberadaan instrumen yang mengikat secara legal terkait polusi plastik, termasuk di wilayah perairan. 

Cara menekan emisi dari sampah

Untuk mencapai target pengurangan emisi di sektor limbah, Novrizal menjelaskan, pemerintah fokus dalam penanganan empat sub-sektor yaitu limbah padat domestik, limbah cair domestik, limbah cair industri, dan limbah padat industri.

Baca juga: Pantai dan Pesisir Jadi Wilayah Terancam Sampah

Pemerintah menyiapkan beberapa skenario untuk menekan emisi pada 2030 dan mencapai net zero emission pada 2060 atau lebih cepat untuk sektor limbah. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau