Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hijrah Saputra
Dosen

Saya adalah dosen di Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. Bidang keahlian saya kebencanaan di mana fokus utamanya adalah pengelolaan risiko bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir untuk meningkatkan respons terhadap bencana. Sehingga tujuan akhirnya adalah pada mitigasi bencana yang berbasis pada masyarakat dengan memahami dan mengelola ancaman bencana alam secara efektif.

Kebencanaan di Indonesia: Antara Realitas Pahit dan Harapan Resilien

Kompas.com, 1 Juli 2024, 09:42 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DENGAN ribuan kilometer garis pantai dan ekosistem yang beragam, Indonesia terus menghadapi masalah kebencanaan. Kita sudah biasa dengan gempa bumi yang mengguncang dasar laut dan banjir yang merendam kota-kota besar.

Ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat dekat dengan bencana seperti tsunami, yang dapat sangat merusak dan berbahaya bagi masyarakat pesisir.

Sementara, berbagai ekosistem, mulai dari hutan hujan tropis hingga padang rumput dan pegunungan, menghadirkan tantangan khusus dalam menghadapi ancaman bencana seperti kebakaran hutan, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi.

Pada awal 2024, cuaca buruk melanda wilayah selatan ASEAN, menyebabkan kerusakan besar di Indonesia.

Menurut BNPB, banjir telah memengaruhi kehidupan 128.000 orang, merusak 35.000 rumah, dan mengganggu aktivitas di 45 sekolah.

Selain itu, banjir menyebabkan 862 pengungsi internal, menunjukkan seberapa parah dan seriusnya dampak yang ditimbulkan bencana ini.

Pada 11 Maret 2024, banjir bandang menyebabkan 666 kerusakan dan setidaknya tiga rumah hancur. Selain itu, banjir merusak 26 jembatan, 45 masjid, dan 25 sekolah, serta menghancurkan 13 jalan dan dua sistem irigasi.

Akibatnya, banjir menghancurkan 113 hektare sawah dan 300 meter persegi perkebunan. Ini adalah bukti nyata dari kerusakan yang disebabkan bencana banjir terhadap penghidupan dan infrastruktur.

Pada Maret 2024, hujan lebat memicu banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Barat, menyebabkan setidaknya 26 orang meninggal dunia dan 11 orang hilang.

Tragedi ini menggugah kesadaran kita tentang pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana serta perlunya pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana tindakan manusia dan alam dapat berkontribusi pada peningkatan risiko bencana.

Menghadapi realitas kebencanaan

Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), berbagai jenis bencana terjadi dengan frekuensi cukup tinggi. Ini menunjukkan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan alam.

Namun, pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan bencana dan konsekuensi yang ditimbulkannya seringkali terlewatkan.

Kita sering berpikir bahwa bencana adalah takdir atau hukuman alam, meskipun banyak di antaranya adalah akibat dari tindakan manusia itu sendiri.

Bencana alam dapat berubah menjadi bencana sosial karena pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan ekologis, deforestasi berlebihan, dan pengabaian terhadap peraturan zonasi.

Banjir dan tanah longsor menjadi tak terelakkan ketika hutan gundul tidak dapat lagi menahan hujan deras.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau