DENGAN ribuan kilometer garis pantai dan ekosistem yang beragam, Indonesia terus menghadapi masalah kebencanaan. Kita sudah biasa dengan gempa bumi yang mengguncang dasar laut dan banjir yang merendam kota-kota besar.
Ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat dekat dengan bencana seperti tsunami, yang dapat sangat merusak dan berbahaya bagi masyarakat pesisir.
Sementara, berbagai ekosistem, mulai dari hutan hujan tropis hingga padang rumput dan pegunungan, menghadirkan tantangan khusus dalam menghadapi ancaman bencana seperti kebakaran hutan, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi.
Pada awal 2024, cuaca buruk melanda wilayah selatan ASEAN, menyebabkan kerusakan besar di Indonesia.
Menurut BNPB, banjir telah memengaruhi kehidupan 128.000 orang, merusak 35.000 rumah, dan mengganggu aktivitas di 45 sekolah.
Selain itu, banjir menyebabkan 862 pengungsi internal, menunjukkan seberapa parah dan seriusnya dampak yang ditimbulkan bencana ini.
Pada 11 Maret 2024, banjir bandang menyebabkan 666 kerusakan dan setidaknya tiga rumah hancur. Selain itu, banjir merusak 26 jembatan, 45 masjid, dan 25 sekolah, serta menghancurkan 13 jalan dan dua sistem irigasi.
Akibatnya, banjir menghancurkan 113 hektare sawah dan 300 meter persegi perkebunan. Ini adalah bukti nyata dari kerusakan yang disebabkan bencana banjir terhadap penghidupan dan infrastruktur.
Pada Maret 2024, hujan lebat memicu banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Barat, menyebabkan setidaknya 26 orang meninggal dunia dan 11 orang hilang.
Tragedi ini menggugah kesadaran kita tentang pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana serta perlunya pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana tindakan manusia dan alam dapat berkontribusi pada peningkatan risiko bencana.
Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), berbagai jenis bencana terjadi dengan frekuensi cukup tinggi. Ini menunjukkan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan alam.
Namun, pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan bencana dan konsekuensi yang ditimbulkannya seringkali terlewatkan.
Kita sering berpikir bahwa bencana adalah takdir atau hukuman alam, meskipun banyak di antaranya adalah akibat dari tindakan manusia itu sendiri.
Bencana alam dapat berubah menjadi bencana sosial karena pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan ekologis, deforestasi berlebihan, dan pengabaian terhadap peraturan zonasi.
Banjir dan tanah longsor menjadi tak terelakkan ketika hutan gundul tidak dapat lagi menahan hujan deras.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya