KOMPAS.com - 2,8 juta hektare lahan gambut di Kalimantan Barat (Kalbar) yang sebagian besar mulai mengering terancam kebakaran.
Kerawanan tersebut didasarkan pada data Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (Sipalaga) Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
Menurut data tersebut, saat ini kandungan air tanah pada lahan hidrologis gambut Kalimantan Barat sudah sangat rendah, berada di bawah 40 sentimeter (cm).
Baca juga: 10 Provinsi dengan Karhutla Terluas Sepanjang 2023
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, untuk mengatasi ancaman karhutla, phkanya menggelar operasi modifikasi cuaca, salah satunya di Kalbar.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, musim kemarau yang mulai melanda membuat sebagian besar lahan gambut di Kalimantan Barat tersebut sudah mengering sehingga rawan terbakar.
Dwikorita menilai, kondisi tersebut telah mendesak pihaknya untuk segera melaksanakan operasi modifikasi cuaca.
Melalui upaya tersebut, diharapkan dapat meningkatkan potensi hujan dan membasahi kembali jutaan hektare lahan gambut Kalimantan Barat.
Baca juga: Kaltim Alami Karhutla Terluas dalam 4 Bulan Terakhir
Sehingga menurunkan kerawanan terbakar, termasuk juga pada lahan mineral, kawasan hutan, dan sebagainya, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (29/6/2024).
Sedianya, operasi modifikasi cuaca berlangsung setidaknya selama 11 hari atau berakhir hingga 5 Juli 2024, dan dapat diperpanjang bila masih diperlukan.
Wilayah gambut yang tersebar di enam kabupaten meliputi Kubu Raya, Ketapang, Sambas, Sintang, Sekadau, dan Kabupaten Sanggau menjadi target sasaran operasi modifikasi cuaca.
Kegiatan operasi modifikasi cuaca tersebut didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BRGM, dan Pemerintah Provinsi Kalbar.
Baca juga: Andalkan 3 Pilar, KLHK Klaim Penanganan Karhutla Indonesia Makin Baik
Selain itu, modifikasi cuaca ini juga didukung oleh Skadron 4 Lanud Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur yang menyiagakan armada CASA 212-200 untuk menyemai 13 ton garam (Natrium klorida/NaCl) ke langit Kalbar.
Tim penyemaian diharapkan bisa maksimal memanfaatkan waktu yang ada tersebut.
Bila merujuk analisa tim meteorologi BMKG pada dasarian terakhir bulan Juni sampai dasarian pertama Juli, masih ada sebaran awan yang berpotensi untuk menurunkan hujan.
"Bulan Juli hingga September 2024, secara historis terjadi puncak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalbar dan umumnya di provinsi lain yang memiliki kerentanan terhadap karhutla," kata Dwikorita dikutip dari situs web BMKG.
Baca juga: KLHK Klaim Emisi Karhutla 5 Tahun Terakhir Turun Hingga 70 Persen
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya