KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) terus mengejar net zero emission atau nol emisi bersih pada 2060 atau lebih cepat, melalui berbagai upaya.
Selama beberapa tahun terakhir sampai 2023, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya telah menurunkan emisi melalui program dekarbonisasi di seluruh subholding sebesar 8,5 juta ton CO2 ekuivalen.
“Atau sekitar 1,1 juta ton emisi di tahun 2023 saja,” ujar Fadjar kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2024).
Baca juga: Kembangkan CCS/CCUS, Pertamina Kerja Sama 15 Perusahaan Internasional
Ia menambahkan, perusahaan senantiasa berupaya untuk memenuhi target net zero emission (NZE) melalui dekarbonisasi dan pengembangan energi rendah karbon.
Untuk dekarbonisasi, utamanya, Pertamina melakukan efisiensi energi, green power generation di operasi sendiri, menerapkan low carbon fuels, hingga elektrifikasi.
“Sedangkan untuk pengembangan low carbon business, Pertamina mengembangkan energi baru terbarukan, penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS), dan solusi berbasis alam (Nature-based solutions/NBA),” paparnya.
Lebih lanjut, kata Fadjar, pihaknya juga memiliki strategi dengan memaksimalkan legasi bisnis dan pengembangan energi
rendah karbon.
“Pertamina adalah perusahaan pertama yang menjual karbon kredit dari proyek energi terbarukan panas bumi (geothermal), pada peluncuran Carbon Trading market di Indonesia pada September 2023,” ungkap Fadjar.
Baca juga: Intip Strategi Deutsche Bank Dorong Pemasok Industri Jalankan Praktik Sustainability
Pihaknya, juga telah memiliki instrumen keuangan hijau untuk pendanaan proyek transisi dan hijau melalui “Sustainable Finance Framework”.
Selain itu, perseroan juga telah memiliki “Sustainability Budget Tagging” untuk memonitor alokasi anggaran untuk inisiatif sustainability.
Beberapa hal tersebut sesuai dengan komitmen ESG atau environmental, social, dan governance, yang dipegang teguh perusahaan.
“Kebijakan keberlanjutan ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, yakni Environmentally Friendly, Socially Responsible, dan Good corporate governance,” terangnya.
Selain itu, komitmen Net Zero Emission (NZE) juga telah ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke, sebagai bentuk mendukung target Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia, yaitu NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Pertamina memiliki empat terobosan untuk pengembangan teknologi rendah karbon, yaitu Geothermal, Petrochemical, Biofuel, dan CCS,” ujarnya.
Baca juga: Evermos Rilis Sustainability Report Perdana Merawat Kebudayaan Lokal
Sebelumnya, kata Fadjar, Pertamina juga menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) bersama United Nations Environment Programme (UNEP) dengan partisipasi dalam OGMP2.0, yaitu inisiatif internasional terkait pelaporan emisi gas metana.
“Hingga saat ini, Pertamina adalah satu-satunya perusahaan Indonesia yang bergabung dalam inisiatif OGMP2.0,” terang Fadjar.
Saat ini, menurutnya, Pertamina terus melaksanakan riset dan inovasi terhadap bahan bakar rendah karbon, seperti dalam pengembangan biofuel (bahan bakar nabati, geothermal (panas bumi), dan penangkapan penyimpanan karbon (CCS/CCUS).
“Ada sekitar 11 proyek berjalan, bekerja sama dengan partner nasional dan internasional, serta petrochemical,” pungkas dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya