KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menambah kapasitas baterai untuk jaringan listriknya dengan sangat cepat dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Hanya dalam empat tahun, "Negeri Paman Sam" menambah kapasitas baterai dari hampir tidak ada sama sekali menjadi 20 gigawatt (GW) menurut laporan dari Energy Information Administration (EIA).
Bahkan, dari jumlah tersebut, 5 GW di antaranya baru saja ditambahkan dalam tujuh bulan terakhir.
Baca juga: LG Pamerkan Baterai Mobil Listrik Mid-Nickel, Bakal Diproduksi di Indonesia?
Kapasitas baterai tersebut setara dengan 20 reaktor nuklir yang masing-masing berkapasitas 1 GW, sebagaimana dilansir The Guardian, Kamis (24/10/2024).
Kehadiran baterai tersebut diperlukan untuk mengatasi intermitensi dari produksi listrik energi terbarukan dan mencegah blackout.
EIA memperkirakan, kapasitas baterai dapat berlipat ganda lagi menjadi 40 GW pada tahun 2025 jika perluasan lebih lanjut terjadi.
California dan Texas menjadi negara bagian yang memimpin pertumbuhan baterai di "Negeri Paman Sam".
Baca juga: Kementerian ESDM Dorong Smart Grid dan Baterai untuk Transisi Energi
Kehadiran kapasitas baterai yang besar membantu mengelola produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tebaga bayu (PLTB) diinstalasi dalam beberapa tahun terakhir.
"Ini merupakan pertumbuhan yang luar biasa," kata Direktur Asesmen Keandalan dan Analisis Kinerja North American Electric Reliability Corporation John Moura.
Moura menuturkan, jaringan listrik di AS yang lebih dulu eksis sebenarnya tidak dirancang untuk sistem penyimpanan baterai. Akan tetapi, masifnya penggunaan baterai yang terjadi menjadi peluang emas.
"Ini mengubah seluruh paradigma produksi listrik, penyaluran, dan penggunaan listrik. Penyimpanan memberi kita sedikit mesin waktu untuk menyalurkannya saat kami membutuhkannya," papar Moura.
Meski baterai saat ini sudah sangat membantu, transisi ke energi terbarukan juga membutuhkan peningkatan jaringan transmisi listrik besar-besaran.
Baca juga: RI Bidik Afrika, Ajak Kerja Sama Mineral Kritis untuk Baterai Kendaraan Listrik
Hal tersebut diperlukan untuk memperlancar distribusi listrik dan mengisi kesenjangan antara kelebihan produksi dan kekurangan produksi dari energi terbarukan di tempat yang berbeda.
Di satu sisi, baterai tetap memainkan peran pendukung yang semakin kuat untuk transisi energi.
Beberapa waktu lalu, Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyebut baterai sebagai teknologi yang dapat didistribusikan secara global.
IEA memperkirakan, baterai akan menyediakan sekitar 40 persen dari semua kebutuhan fleksibilitas listrik jangka pendek di seluruh dunia pada tahun 2050.
"Ada banyak perubahan yang terjadi, tetapi tindakan yang besar masih diperlukan jika kita akan melakukan transisi energi ini," kata Moura.
Baca juga: Ilmuwan Teliti Bakteri Ekstrak Logam Langka di Baterai
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya