KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, berdamai dengan alam adalah tugas utama manusia pada abad ke-21 ini.
Hal tersebut disampaikan Guterres dalam pidatonya di KTT Keanekaragaman Hayati COP16 di Cali, Kolombia, Selasa (29/10/2024).
"Setiap tahun, kita melihat suhu meningkat. Setiap hari, kita kehilangan lebih banyak spesies. Setiap menit, kita membuang truk sampah berisi sampah plastik ke lautan, sungai, dan danau kita. Seperti inilah krisis eksistensial," kata Guterres dalam pidatonya, sebagaimana dikutip dari siaran pers.
Baca juga: Temuan Studi: Tak Ada Karbon yang Diserap Alam Sepanjang 2023
Pembahasan dalam KTT yang berlangsung mulai 21 Oktober sampai 1 November tersebut meliputi konservasi keanekaragaman hayati, keadilan lingkungan, serta peran masyarakat adat dan lokal dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
KTT tersebut menjadi COP Keanekaragaman Hayati pertama sejak diadopsinya Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global atau Global Biodiversity Framework (GBF) pada Desember 2022.
Guterres turut menyoroti kondisi alam saat ini. Sekitar 75 persen permukaan daratan dan 66 persen lautan telah berubah akibat aktivitas manusia.
"Dengan berlalunya hari demi hari, kita semakin mendekati titik kritis yang dapat memicu lebih banyak kelaparan, pengungsian, dan konflik bersenjata," ucap Guterres.
Baca juga: Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16
Dia turut meminta negara-negara untuk menerapkan GBF yang bertujuan untuk menghentikan sekaligus memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati pada 2030.
Untuk mencapai target dalam GBF, Guterres menekankan pentingnya rencana aksi nasional dari masing-masing negara yang selaras.
Selain itu, rencana aksi tersebut juga perlu didukung oleh pemantauan yang transparan dan pendanaan yang kuat, termasuk setidaknya 200 miliar dollar AS per tahun pada 2030.
"Dan kita harus melibatkan sektor swasta. Mereka yang mengambil untung dari alam tidak boleh memperlakukannya seperti sumber daya yang gratis dan tak terbatas. Mereka harus maju dan berkontribusi terhadap perlindungan dan pemulihannya," tegs Guterres.
Baca juga: Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16
Guterres juga menyoroti peran penting masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam pelestarian alam.
Pasalnya, mereka menjadi penjaga alam yang sebenarnya. Pengetahuan yang mereka miliki juga menawarkan wawasan penting untuk konservasi keanekaragaman hayati.
Akan tetapi, masyarakat adat dan komunitas lokal terlalu sering terpinggirkan atau terancam.
Di samping itu, Guterres menyerukan pembentukan badan permanen dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati untuk memastikan suara masyarakat adat didengar dalam seluruh proses pembuatan kebijakan.
"Berdama dengan alam berarti damai bagi mereka yang melindunginya," katanya.
Baca juga: KLHK: Cagar Alam Mutis Jadi Taman Nasional Demi Kepentingan Masyarakat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya