KOMPAS.com - Mobilisasi pendanaan senilai miliaran dollar AS untuk pelestarian alam menggema kuat dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16 di Cali, Colombia, Senin (21/10/2024).
Presiden COP16 yang juga Menteri Lingkungan Kolombia, Susana Muhamad, mengatakan tidak ada waktu lagi untuk menyia-nyiakan planet Bumi.
"Kita semua sepakat bahwa kita kekurangan dana untuk misi ini," kata Muhamad dalam pertemuan tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Mengenal KTT Keanekaragaman Hayati COP16 dan Urgensinya
Muhamad menyatakan, ada berbagai macam agenda yang perlu dicapai agar COP16 dianggap sukses.
Beberapa agenda tersebut yakni menginventarisasi janji konservasi keanekaragaman hayati negara-negara, meningkatkan pelibatan masyarakat adat dalam keputusan konservasi, dan menyepakati cara bagi negara-negara untuk membayar pembagian materi genetik.
Dua tahun sebelumnya, pada 2022, negara-negara mengadopsi perjanjian penting yakni Global Biodiversity Framework (GBF) Kunming-Montreal.
Perjanjian tersebut berisi daftar 23 tujuan untuk membantu menghentikan kerusakan alam pada 2030.
Baca juga: Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16
Sebagai tindak lanjut dari perjanjian tersebut, digelarlah COP16 dua tahun kemudian.
KTT Keanekaragaman Hayati ini bertugas melihat capaian perjanjian itu, termasuk penyediaan dana sebesar 200 miliar dollar AS per tahun untuk upaya konservasi.
Tahun lalu, negara-negara sepakat mendirikan Dana Kerangka Keanekaragaman Hayati Global.
Akan tetapi, dalam pembukaan KTT Keanekaragaman Hayati COP16, sejauh ini dana yang dilaporkan terkumpul "baru" jutaan dollar AS.
Pada Minggu (20/10/2024) malam, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan dalam sebuah pesan video bahwa dunia telah keluar jalur untuk memenuhi janji konservasi.
Baca juga: Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati
Dia mendesak agar para delegasi di KTT Keanekaragaman Hayati COP16 harus meninggalkan pertemuan puncak tersebut dengan investasi baru yang signifikan.
Negosiator utama Brasil Andre Correa do Lago mengatakan, kurangnya sumbangan menimbulkan kekhawatiran bahwa Dana Kerangka Keanekaragaman Hayati Global tidak akan dapat memenuhi target GBF.
Sementara itu, angka terbaru tersedia dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyebutkan, negara-negara maju sepakat menyediakan 20 miliar dollar AS bagi negara-negara berkembang setiap tahunnya pada 2025.
Janji tersebut meningkat dari tahun 2022 yang bernilai 15,4 miliar dollar AS setiap tahunnya.
Correa do Lago mengatakan, kesenjangan pendanaan perlu diisi dengan cara yang tidak membuat negara-negara berkembang semakin terlilit utang.
Baca juga: Polusi Tanah Jadi Ancaman Keanekaragaman Hayati
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya