Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serukan Hidup Selaras, 20 Negara Bentuk Koalisi "Alam" dalam COP16

Kompas.com - 30/10/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah negara meluncurkan koalisi "alam" dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16 di Cali, Kolombia.

Koalisi tersebut beranggotakan sekitar 20 negara. Di antaranya ada tuan rumah yakni Kolombia, Meksiko, Swedia, Uganda, Chile, dan lain sebagainya.

KTT Keanekaragaman Hayati sendiri digelar selama lebih dari sepekan mulai dari 22 Oktober sampai 1 November.

Baca juga: KTT Keanekaragaman Hayati COP16 Bakal Tunjukkan Penjaga Biodiversitas Sebenarnya

Koalisi tersebut terbuka bagi negara-negara yang menyetujui sejumlah prinsip yang bertujuan untuk mengubah hubungan manusia dengan alam dan hidup selaras dengan lingkungan, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (29/10/2024).

Beberapa seruan dari koalisi tersebut yakni mengumpulkan uang untuk konservasi dan pembangunan berkelanjutan, kerja sama internasional, serta memobilisasi seluruh masyarakat mereka untuk melestarikan alam.

Pada pembukaan COP16, Selasa (22/10/2024) pekan lalu, para delegasi dari lebih dari 200 negara sepakat bahwa apabila merusak alam, manusia sedang membunuh dirinya sendiri.

"Kita sedang memulai era kepunahan manusia. Saya rasa saya tidak melebih-lebihkan," kata Presiden Kolombia Gustavo Petro.

Baca juga: Organisasi Maysrakat Sipil Serukan Perlindungan Masyarakat Adat dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Petro mengatakan, manusia tidak bisa menunggu hingga alam membawa keuntungan finansial agar bisa diselamatkan.

Di sisi lain, pasar tidak akan dapat menyelamatkan manusia. Petro menambahkan, nilai kehidupan harus lebih diutamakan daripada uang.

"Alam adalah kehidupan. Namun, kita sedang berperang melawannya. Perang yang tidak akan ada pemenangnya," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Para pemimpin mengatakan, KTT Keanekaragaman Hayati COP16 dapat menjadi titik balik bagi konservasi.

Pasalnya, pertemuan tersebut berupaya menerapkan 23 tujuan untuk menghentikan hilangnya alam pada 2030 yang ditetapkan dalam Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global atau Global Biodiversity Framework (GBF) yang disepakati pada 2022.

Baca juga: KTT Keanekaragaman Hayati COP16 Resmi Dimulai, Ini Daftar Agendanya

Di antara kesepakatan tersebut, terdapat kesepahaman untuk mobilisasi pendanaan sebanyak 200 miliar dollar AS per tahun untuk konservasi dan melestarikan 30 persen Bumi.

Di sisi lain, hingga Selasa (29/10/2024), para delegasi negara masih jauh dari kata sepakat untuk memajukan kesepakatan tersebut.

Pertemuan juga masih menemui jalan buntu terkait mobilisasi pendanaan. Sejumlah negara telah mengumumkan komitmen baru dana global bagi keanekaragaman hayati senilai jutaan dollar AS.

Akan tetapi para pengamat mengatakan jumlah tersebut masih jauh dari yang dibutuhkan yakni mencapai miliaran dollar AS.

"Hari ini kita bisa berubah. Saya ingin percaya bahwa kita bisa berubah dan dunia tidak akan kiamat," kata Presiden Ekuador Daniel Noboa.

Baca juga: Mengenal KTT Keanekaragaman Hayati COP16 dan Urgensinya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Pemerintah
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
Pemerintah
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Pemerintah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Pemerintah
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik 'Virgin', Perluas Tanggung Jawab Produsen
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik "Virgin", Perluas Tanggung Jawab Produsen
Pemerintah
4 Juta Hektare Area Riau Berubah Jadi Lahan Sawit, Ancam Biodiversitas
4 Juta Hektare Area Riau Berubah Jadi Lahan Sawit, Ancam Biodiversitas
Pemerintah
Anggrek Baru Ditemukan di Kalimantan, Bukti Besarnya Potensi Hutan
Anggrek Baru Ditemukan di Kalimantan, Bukti Besarnya Potensi Hutan
Pemerintah
DLH Jakarta Minta Warga Tak Buang Limbah Hewan Kurban Sembarangan
DLH Jakarta Minta Warga Tak Buang Limbah Hewan Kurban Sembarangan
Pemerintah
Mengoptimalkan Panas Bumi untuk Akselerasi Energi Terbarukan
Mengoptimalkan Panas Bumi untuk Akselerasi Energi Terbarukan
Pemerintah
Jurus KLH Atasi Polusi Udara Jabodetabek di Tengah Musim Kemarau
Jurus KLH Atasi Polusi Udara Jabodetabek di Tengah Musim Kemarau
Pemerintah
Dukung Swasembada, Pupuk Indonesia Perkuat Kolaborasi Sektor Energi Rendah Karbon
Dukung Swasembada, Pupuk Indonesia Perkuat Kolaborasi Sektor Energi Rendah Karbon
BUMN
Wujudkan Swasembada, Pupuk Indonesia Perkuat Kolaborasi Sektor Energi Rendah Karbon
Wujudkan Swasembada, Pupuk Indonesia Perkuat Kolaborasi Sektor Energi Rendah Karbon
BUMN
Mengapa Lamun Penting untuk Tangkal Perubahan Iklim?
Mengapa Lamun Penting untuk Tangkal Perubahan Iklim?
LSM/Figur
Ilmuwan Ungkap, Hidrogen Tersembunyi Bisa Pasok Energi 170.000 Tahun
Ilmuwan Ungkap, Hidrogen Tersembunyi Bisa Pasok Energi 170.000 Tahun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau