Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Mikroplastik di Air Tawar Meningkat

Kompas.com - 02/11/2024, 09:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah mikroplastik terus meningkat di lingkungan air tawar selama beberapa dekade, dan terkait langsung dengan bertambahnya produksi plastik global sejak tahun 1950-an.

Hal tersebut disimpulkan oleh peneliti dari Universitas Penn State Altoona, Pennsylvania, AS.

Menurut Nathaniel Warner, profesor madya teknik sipil dan lingkungan dan penulis makalah ini, hanya sedikit studi yang meneliti bagaimana mikroplastik berubah seiring waktu.

"Studi kami adalah salah satu yang pertama melacak tingkat mikroplastik dalam sedimen air tawar dari sebelum tahun 1950-an hingga saat ini, yang menunjukkan bahwa konsentrasi meningkat sejalan dengan produksi plastik," katanya dikutip dari Phys, Jumat (1/11/2024).

Baca juga:

Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang ukurannya berkisar dari satu mikrometer atau 1/100 lebar rambut manusia hingga 5 milimeter.

Mikroplastik dapat berasal dari plastik yang lebih besar yang terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil atau dibuat langsung oleh produsen.

Peningkatan di Air Tawar

Untuk penelitian ini, tim tersebut meneliti inti sedimen air tawar dari empat daerah aliran sungai di Pennsylvania: Sungai Kiskiminetas, Blacklick Creek, Danau Raystown, dan Darby Creek.

Dalam studi ini peneliti menemukan bahwa muara, terutama rawa pasang surut dapat menjebak plastik yang terbawa dari sungai sebelum mencapai lautan.

Temuan ini menunjukkan bahwa akan terus ada peningkatan jumlah mikroplastik di air dan sedimen karena orang menggunakan lebih banyak plastik.

"Kami telah lama mengetahui bahwa muara memproses material seperti plastik yang terbawa dari sungai dan pemrosesan itu berdampak besar pada apa yang akhirnya mencapai lautan," ungkap Raymond Najjar, salah satu penulis studi.

Temuan ini pun memberikan wawasan tentang bagaimana mikroplastik bergerak dan menyebar di lingkungan air tawar, yang dapat menciptakan solusi jangka panjang guna mengurangi polusi.

Namun peneliti menyebut jika studi ini merupakan temuan awal yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Baca juga:

Krisis Kesehatan Baru

Melansir World Economic Forum, dalam Laporan Risiko Global Forum Ekonomi Dunia 2024, polusi mikroplastik menduduki peringkat ke-10 ancaman terbesar bagi dunia dalam jangka pendek dan panjang yang memerlukan aksi mendesak dan terpadu untuk mengatasinya.

Bagaimana tidak, ada makin banyak bukti tentang seberapa luas penyebaran mikroplastik di daratan, laut, dan udara. Hal ini membuat beberapa ahli percaya bahwa umat manusia berada di ambang krisis kesehatan.

Sebagai gambaran, diperkirakan rata-rata orang dapat makan, minum, atau menghirup antara 78.000 hingga 211.000 partikel mikroplastik setiap tahun.

Meski belum jelas apa dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia, tetapi beberapa ahli mengungkapkan kemungkinan bahwa mikroplastik dapat meningkatkan kemungkinan serangan jantung, stroke, atau kematian.

Pada bulan Maret 2022, di Majelis Lingkungan PBB, 175 negara sepakat untuk mengakhiri polusi plastik. Perjanjian yang mengikat secara hukum yang membahas masalah plastik sekali pakai dan teknologi daur ulang, akan disusun pada akhir tahun 2024.

sumber https://phys.org/news/2024-10-microplastics-freshwater-plastic-production.html
https://www.weforum.org/stories/2024/09/how-microplastics-get-into-the-food-chain/

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

LSM/Figur
Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Pemerintah
COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

LSM/Figur
Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau