Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara Miskin Daur Ulang Limbah Plastik Impor Lebih Banyak dari Perkiraan

Kompas.com, Diperbarui 30/10/2024, 11:10 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Leiden, Belanda mengungkapkan negara miskin mendaur ulang limbah plastik impor lebih banyak dari perkiraan. Temuan tersebut merupakan hasil dari analisis peneliti menggunakan Comtrade.

Hal itu merupakan platform global untuk data perdagangan yang kemudian dapat digunakan oleh peneliti mengetahui berapa banyak plastik yang diimpor oleh 22 negara dan berapa yang mereka bayar untuk itu.

"Negara-negara miskin mengimpor sampah terbanyak. Sedangkan negara-negara kaya juga mengimpor sampah namun yang berkualitas tinggi dan telah dipilah dengan baik untuk menjaga agar fasilitas daur ulang mereka tetap beroperasi," papar Kai Li, peneliti studi ini.

Meski terdengar aneh, sebagian besar sampah plastik ini bisa diubah menjadi bahan baku yang berharga seperti misalnya pelet polietilena yang terbuat dari kemasan botol dan kaleng tertentu.

Baca juga:

Daur Ulang Sampah Plastik

Untuk mengetahui seberapa banyak limbah plastik yang telah di daur ulang, peneliti menggunakan beberapa metode.

Mengutip Phys, Selasa (29/10/2024) setelah peneliti mengetahui berapa banyak plastik yang diimpor setiap negara dan berapa yang mereka bayar, peneliti kemudian menentukan biaya daur ulang plastik menjadi produk yang dapat dijual kembali.

Peneliti menghitung setepat mungkin berapa biaya untuk mendaur ulang setiap jenis plastik di setiap negara.

"Itu tergantung pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan, biaya energi, dan upah tenaga kerja, biaya-biaya ini sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain dan menurut jenis plastik," jelas Li.

Li dan rekan-rekannya menghitung proporsi minimum plastik impor yang perlu didaur ulang dan dijual di setiap negara agar mencapai titik impas dan membuat impor menguntungkan.

Hasilnya, rata-rata, suatu negara harus mendaur ulang setidaknya 63 persen plastik impor. Angka tersebut jauh lebih tinggi 23 persen daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Para peneliti berasumsi bahwa tingkat daur ulang minimum ini memang terpenuhi. Jika tidak, maka negara tidak akan mendapatkan keuntungan untuk membayar bahan baku.

Namun peneliti menyebut meski sudah lebih banyak mendaur ulang dari yang diperkirakan, banyak sampah plastik yang kemungkinan masih dibakar atau ditimbun sehingga mencemari lingkungan.

Baca juga:

Perdagangan Sampah Global

Dalam studi ini, peneliti meneliti arus perdagangan sampah plastik dari tahun 2013 hingga 2022.

Di tengah periode itu, terjadi sesuatu yang mengubah perdagangan sampah plastik secara signifikan yaitu larangan perdagangan sampah plastik di Tiongkok.

Hingga tahun 2018, sebagian besar sampah plastik dikirim ke sana. Namun kebanyakan berupa sampah kotor dan tidak dipilah yang sulit didaur ulang. Hal ini kemudian membuat Tiongkok melarang semua impor plastik, serta kertas dan limbah padat lainnya.

Perdagangan kemudian beralih ke Turki dan negara-negara Asia Tenggara.

Di samping karena peralihan tersebut, ada juga peningkatan perjanjian internasional, seperti amandemen Konvensi Basel pada tahun 2021, yang mensyaratkan pembersihan dan pemilahan limbah yang lebih baik sebelum dapat diekspor.

Hasil penelitian ini tentu saja tidak mengatasi permasalahan limbah plastik. Bagian terpentingnya adalah bagaimana secara global kita berupaya mengurangi penggunaan plastik. Jika pemerintah membatasi produksi maka limbah plastik juga akan berkurang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau