KOMPAS.com - Meski KTT Iklim telah digelar beberapa kali, emisi gas rumah kaca (GRK) masih terus lepas ke atmosfer.
Sejumlah ilmuwan dalam KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, menyampaikan, emisi GRK terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut analisis Global Carbon Project, jumlah emisi GRK yang lepas ke atmosfer diprediksi mencapai 37,4 miliar metrik ton pada tahun ini, sebagaimana dilansir Associated Press, Rabu (13/11/2024).
Baca juga: Pemadaman Lampu Serentak di Jakarta Diklaim Turunkan 66,49 Ton Emisi Karbon
Angka tersebut meningkat 0,8 persen bila dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, lonjakan emisi GRK tahun ini tak lebih besar dibandingkan periode sebelumnya.
Pada 2023, emisi meningkat 1,4 persen bila dibandingkan 2022.
Ilmuwan iklim Mike O'Sullivan dari University of Exeter mengatakan, peningkatan emisi tersebut menunjukkan dunia belum melakukan upaya yang cukup untuk mengurangi emisi.
"Kita perlu meningkatkan ambisi secara besar-besaran dan benar-benar berpikir di luar kotak tentang bagaimana kita dapat mengubah banyak hal, tidak terlalu terikat pada kepentingan bahan bakar fosil," kata O'Sullivan dalam satalh satu panel di KTT Iklim COP29.
Peneliti lain, Stephen Sitch memberikan peringatan keras.
Baca juga: Emisi Penerbangan Pribadi Naik 46 Persen Dari 2019 Hingga 2023
Ia menjelaskan, jika dunia terus membakar bahan bakar fosil pada tingkat saat ini, hanya butuh waktu enam tahun sehingga suhu Bumi naik melampaui 1,5 derajat celsius.
Saat ini, suhu rata-rata Bumi sudah naik 1,3 derajat celsius menurut penghitungan PBB.
Laporan Global Carbon Project juga menghasilkan angka yang lebih rinci dan final untuk sekitar 200 negara pada 2023.
Peningkatan emisi karbon yang berkelanjutan sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang dan China
Banyak analis menduga, "Negeri Panda" akan mencapai puncak emisinya tahun ini.
Sebaliknya, Global Carbon Project mencatat emisi China tahun ini naik 0,2 persen dari 2023, dengan polusi batu bara naik 0,3 persen.
Baca juga: Bank di Eropa Gagal Tetapkan Rencana Emisi Nol Bersih
Meski demikian, peningkatan tersebut tidak seberapa dibandingkan dengan lonjakan emisi yang berasal dari India. Emisi GRK India melonjak 4,6 persen dari tahun 2023 hingga 2024, kata para ilmuwan.
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan emisi GRK 0,6 persen dari tahun lalu. Sebagian besar penurunan emisi tersebut berasal dari berkurangnya penggunaan batu bara dan minyak.
Namun, AS masih berkontribusi 13 persen terhadap emisi GRK dunia pada 2024. Selain itu, AS secara historis bertanggung jawab atas 21 persen emisi dunia sejak tahun 1950 dan gas tersebut tetap berada di udara selama berabad-abad.
Penurunan emisi terbesar dari tahun 2014 hingga 2023 terjadi di AS, Jepang, Jerman, Inggris, dan Ukraina, menurut penelitian tersebut.
Eropa juga mengalami penurunan emisi GRK sebesar 3,8 persen dari tahun lalu — didorong oleh penurunan emisi batu bara sebesar 15,8 persen.
Baca juga: Sebagian Besar Perusahaan Tak Punya Rencana Kurangi Emisi dari Perjalanan Bisnis
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya