KOMPAS.com - Secara global, hanya 22 persen limbah elektronik yang dikumpulkan dan didaur ulang dengan cara berkelanjutan.
Padahal, diperkirakan pada 2030 nanti, dunia akan menghasilkan sekitar 82 juta ton limbah elektronik yang akan berakhir di pembuangan akhir.
"Salah satu hambatan terbesar untuk daur ulang elektronik adalah mengetahui di mana dan bagaimana melakukannya," jelas Robert Little, Kepala Strategi Keberlanjutan untuk gTech di Google, dikutip dari Sustainability Magazine, Rabu (8/1/2025).
"Dan untuk benar-benar merangkul ekonomi sirkular, kita perlu melangkah lebih jauh dari sekedar daur ulang. Ini tentang berpikir secara holistik tentang seluruh siklus hidup perangkat kita," katanya lagi.
Di bagian inilah Google mengambil peran.
Google diketahui mengembangkan fitur atribut daur ulang untuk mendukung pengguna menemukan layanan daur ulang melalui profil bisnis Google.
Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Metode Aman Daur Ulang Plastik Limbah Elektronik
Cara Kerja
Atribut daur ulang merupakan cara untuk memberi tahu pelanggan atau pengguna bahwa suatu bisnis menawarkan layanan pembuangan daur ulang dan menunjukkan komitmen bisnis terhadap keberlanjutan.
Perusahaan tersebut kemudian dapat memilih untuk menampilkan salah satu dari beberapa kategori atribut daur ulang sehingga pelanggan dapat dengan mudah memahami tempat terbaik untuk mendaur ulang limbah mereka.
Atribut ini akan muncul di Profil Bisnis Google yang muncul di penelusuran Google dan di Google Maps.
Sementara itu, perusahaan dapat mengedit atribut daur ulang yang ditampilkan di profil mereka dan pelanggan dapat menyarankan pengeditan melalui Maps dan Penelusuran.
Inisiatif Google dalam hal daur ulang tidak hanya berhenti pada limbah elektronik saja.
Misalnya saja, melalui program The Single-Use Plastics Challenge, yang diluncurkan pada tahun 2023, Google mengundang perusahaan minuman dan makanan untuk berbagi solusi guna mengurangi penggunaan plastik di industri tersebut.
Google kemudian memilih sembilan perusahaan untuk menguji ide mereka di kafe dan dapur kampus perusahaan di AS.
Baca juga: 6 Strategi Google Jawab Tantangan Energi pada 2024
Di tahun yang sama, Google mengalihkan 78 persen limbah operasional pusat data yang dioperasikan Google dari pembuangan.
Google juga bertujuan untuk mempercepat transisi ke ekonomi sirkular, termasuk melalui perancangan bebas limbah dan polusi.
Ini ditunjukkan dengan lebih dari 44 juta komponen perangkat keras dari pusat data Google telah dijual kembali ke pasar sekunder sejak 2015.
Google juga bekerja sama dengan Amazon, Apple, Dell, dan Microsoft pada tahun 2021 untuk bermitra dengan perusahaan daur ulang elektronik Retrievr untuk proyek percontohan pengumpulan limbah elektronik dari rumah-rumah di Colorado, AS.
“Secara global, hanya sekitar 20 persen limbah elektronik pascakonsumen yang berhasil masuk ke aliran daur ulang,” kata David Bourne, Ahli Strategi Keberlanjutan Google Consumer Hardware.
Baca juga: Peralatan Olahraga Jadi Sumber Limbah Baru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya