KOMPAS.com - Studi baru dari peneliti Portland State University di Oregon AS menemukan, partikel plastik yang terlepas dari pakaian, kemasan, dan produk plastik lainnya tersebar luas dan mencemari ikan yang dikonsumsi manusia.
Studi pun menyoroti perlunya teknologi dan strategi untuk mengurangi polusi serat mikro yang masuk ke lingkungan laut.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Toxicology ini fokus menganalisis ikan bersirip dan krustasea yang umum dikonsumsi untuk mengetahui bagaimana mikroplastik memengaruhi ikan dan manusia.
Dikutip dari Phys, Rabu (8/1/2024), dalam studi ini peneliti mengukur partikel antropogenik alias bahan yang diproduksi atau dimodifikasi oleh manusia, yang ditemukan dalam jaringan enam spesies ikan.
Baca juga: Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?
Enam ikan itu antara lain black rockfish, lingcod, salmon Chinook, ikan hering Pasifik, lamprey Pasifik, dan udang merah muda.
Peneliti kemudian membandingkan konsentrasi partikel di seluruh tingkat trofik (posisi makhluk hidup dalam rantai makanan) dan apakah posisi ikan dalam jaring makanan tersebut mencemari jaringan yang dapat dimakan.
Peneliti kemudian menemukan 1.806 partikel plastik pada 180 sampel ikan. Partikel berupa serat merupakan yang paling banyak ditemukan, diikuti oleh fragmen dan film.
Lebih lanjut, di antara spesies yang diambil sampelnya, udang merah muda memiliki konsentrasi partikel tertinggi dalam jaringan yang dapat dimakan.
Ikan salmon Chinook memiliki konsentrasi terendah, diikuti oleh ikan black rockfish dan lingcod.
"Kami menemukan bahwa organisme yang lebih kecil yang kami ambil sampelnya tampaknya menelan lebih banyak partikel antropogenik yang tidak bergizi," kata Elise Granek, pemimpin studi ini.
"Udang dan ikan kecil memakan zooplankton. Kemungkinan hewan-hewan tersebut salah memakan partikel antropogenik karena menyerupai zooplankton yang akhirnya membuat mikroplastik itu ikut terserap hewan," paparnya.
Peneliti juga menduga, pemrosesan ikan mulai dari penangkapan hingga konsumen bisa jadi menghasilkan kontaminan tambahan, misalnya saja kemasan plastik yang dimaksudkan untuk mengawetkan makanan laut.
Baca juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Banjiri Pelabuhan Minyak Utama Dunia
Namun itu tidak berlaku secara universal untuk semua spesies.
Selain itu, dalam beberapa kasus, kontaminasi tambahan yang mungkin menempel di permukaan ikan selama pemrosesan dapat dihilangkan dengan membilasnya.
Akan tetapi hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa keberadaan partikel mikroplastik bisa tersebar luas dalam jaringan ikan yang dapat dimakan.
"Jika kita membuang dan memanfaatkan produk yang melepaskan mikroplastik, itu masuk ke lingkungan dan diserap oleh makanan yang kita makan," papar Granek.
Singkatnya, apa yang kita buang ke lingkungan akan kembali ke piring kita.
"Kami terus berupaya untuk memahami dampak partikel antropogenik pada hewan, tetapi kami juga beralih ke pekerjaan eksperimental untuk menguji solusi efektif untuk mengurangi masuknya mikroplastik ke ekosistem laut," katanya lagi.
Baca juga: Industri Pakaian Sumber Polusi Plastik yang Terabaikan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya