Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peralatan Olahraga Jadi Sumber Limbah Baru

Kompas.com, 31 Desember 2024, 11:28 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Seiring dengan majunya teknologi, peralatan olahraga yang dulunya dibuat dengan material sederhana kini telah berevolusi dan diproduksi dengan beragam bahan-bahan.

Namun, beberapa bahan baku yang digunakan untuk peralatan tersebut ternyata memiliki dampak tersendiri bagi lingkungan dan menimbulkan biaya tersembunyi.

Misalnya saja, Fiber Reinforced Plastic (FRP) atau material komposit yang terdiri dari serat dan matriks resin yang dapat ditemukan di sebagian besar peralatan cabang olahraga.

Salah satu cabang olahraga yang menggunakannya adalah tenis. Raket yang terbuat dari komposit ringan dan kuat sehingga memungkinkan pemain mengayunkannya dengan lebih cepat. Berbeda dengan raket kayu.

Sepatu lari pun jugaa mengandalkan komposit karbon untuk meningkatkan kelenturan, membantu daya dorong, meningkatkan stabilitas tumit, dan mengurangi kelelahan kaki.

Baca juga:

Singkatnya, ke mana pun Anda melihat, Anda akan melihat komposit plastik yang diperkuat serat.

Akan tetapi, seperti dikutip dari Techxplore, Selasa (31/12/2024) bahan komposit tersebut terkenal sulit didaur ulang.

Di Inggris misalnya, sekitar 90 persen dari semua limbah komposit berakhir di tempat pembuangan sampah.

Hanya 2 persen yang digunakan kembali untuk serat karbon. Sementara memproduksi komposit baru menghabiskan banyak energi.

Secara global, sekitar 7.000 metrik ton peralatan olahraga komposit mencapai akhir masa pakainya. Aliran limbah ini kini mencakup hampir 9 persen dari total pasar komposit.

Daur Ulang

Dengan fakta besarnya limbah tersebut, peneliti dari University of Sydney, Australia pun mencoba mencari cara yang lebih baik untuk mendaur ulangnya.

Dalam penelitian terbaru mereka, peneliti menguji satu metode yaitu daur ulang termokimia.

Komposit sering dilapisi dengan polimer atau resin agar permukaannya lebih tahan lama. Namun, hal ini membuat bahan-bahan ini lebih sulit dipisahkan.

Baca juga:

Untuk menemukan cara mengekstraksi serat tersebut, peneliti melakukan eksperimen dengan menggunakan sepeda rusak yang terbuat dari komposit serat karbon dan mencoba mendaur ulang menggunakan bahan kimia dan panas.

Peneliti mengembangkan metode kimia yang sangat efisien dan menemukan suhu optimal untuk melelehkannya, yaitu 425 derajat Celcius.

Pada suhu tersebut, peneliti dapat mengekstraksi serat secara relatif utuh.

Serat daur ulang mempertahankan 94 persen dari kekakuan aslinya dan 90 persen dari kekuatan aslinya.

Dengan begitu, serat karbon pun dapat digunakan untuk berbagai keperluan, di mana kekuatan dan kekakuan yang sedikit lebih rendah dapat diterima.

Peneliti pun berharap metode tersebut akan berguna untuk membantu proses daur ulang dari produk komposit yang dihasilkan peralatan olahraga.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau