Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Kompas.com - 17/01/2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perubahan iklim dan pemanasan global terbukti membut es di Antarktika Kutub Selatan dan Arktik di Kutub Utara mencair.

Es di dua kutub Bumi tersebut merupakan beberapa tanda vital planet ini. Bila lapisan es mencair, permukaan air laut akan naik dan menimbulkan berbagai dampak serta bencana bagi kehidupan.

Antarktika terbagi oleh Pegunungan Transantartika. Di sana terdapat Gunung Erebus dan danau lava ikoniknya.

Baca juga: Antarktika Semakin Menghijau karena Perubahan Iklim

Selain menaikkan permukaan air laut, pencairan es di Antarktika rupanya juga memicu dampak yang tak kalah besar.

Menurut penelitian terbaru, mencairnya lapisan es di Kutub Selatan Bumi tersebut berpotensi "membangunkan" gunung-gunung berapi di bawah lapisan es Antarktika.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems pada Desember 2024 berjudul Magma Chamber Response to Ice Unloading: Applications to Volcanism in the West Antarctic Rift System.

Dilansir dari Eos, Jumat (3/1/2025), ada lebih dari 100 gunung berapi yang "bersembunyi" di bawah permukaan Antarktika. 

Gunung-gunung tersebut berpotensi menjadi lebih aktif dengan letusan subglasial, yakni letusan yang terjadi ketika lava berinteraksi dengan es. Letusan ini terjadi di bawah permukaan air.

Baca juga: Suhu Daratan Antarktika Naik 10 Derajat Celsius pada Juli

Kebanyakan dari gugusan gunung berapi tersebut berjajar di sepanjang pantai barat Antraktika. 

Beberapa dari gunung tersebut memiliki puncak di permukaan. Lainnya memiliki puncak beberapa kilometer di bawah lapisan es Antarktika.

Gunung berapi

Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan sekitar 4.000 simulasi komputer untuk memahami aktivitas gunung berapi akibat mencairnya lapisan es di Antarktika.

Hasil dari simulasi tersebut menunjukkan, mencairnya es tidak hanya meningkatkan frekuensi letusan, tetapi juga memperbesar skala letusan.

Hal tersebut terjadi karena lapisan es di permukaan yang menipis membuat tekanan terhadap magma di bawah permukaan menjadi berkurang.

Baca juga: Bahaya, Lapisan Es Antarktika Menyusut Drastis dalam 25 Tahun

Kondisi tersebut membuat magma lebih leluasa untuk memuai, sehingga meningkatkan tekanan pada dinding dapur magma dan dapat menyebabkan letusan.

Beberapa dapur magma juga mengandung gas yang mudah menguap dalam jumlah besar, yang biasanya terlarut ke dalam magma.

Letusan gunung berapi subglasial mungkin tidak terlihat di permukaan, tetapi dapat berdampak pada lapisan es. 

Panas dari letusan ini dapat meningkatkan pencairan es jauh di bawah permukaan dan melemahkan lapisan es di atasnya.

Situasi ini dapat menimbulkan siklus yang berulang, mencairnya es dapat meningkatkan letusan dan letusan dapat semakin mencairkan es.

Para peneliti menekankan, proses ini berjalan lambat dan berlangsung selama ratusan tahun. 

Namun, hal ini berarti siklus tersebut dapat terus berlanjut bahkan jika dunia mengurangi pemanasan global akibat aktivitas manusia.

Baca juga: Es Laut Antarktika Alami Rekor Terendah di Musim Dingin

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Mencairnya Es Antarktika Bisa 'Bangunkan' 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

LSM/Figur
Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Swasta
Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Pemerintah
Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Pemerintah
Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah 'Aset Hijau' Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah "Aset Hijau" Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Pemerintah
Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Pemerintah
2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau