KOMPAS.com - Berbagai wilayah di Antarktika, Kutub Selatan, semakin menghijau karena meningkatnya tutupan tanaman dalam 10 tahun terakhir.
Pesatnya tanaman yang tumbuh di benua tersebut tak lepas dari menghangatnya suhu dan mencairnya es yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Temuan tersebut mengemuka dalam studi yang dilakukan sejumlah peneliti dan diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience. Menurut analisis data satelit, pada 1986, vegetasi di Antarktika hanya seluas kurang dari 1 kilometer persegi.
Baca juga: Suhu Daratan Antarktika Naik 10 Derajat Celsius pada Juli
Pada 2021, luas tutupan tanaman di benua tersebut melonjak menjadi hampir 12 kilometer persegi.
Sebagian besar vegetasi yang tumbuh di Antarktika adalah lumut. Menurut para peneliti, peningkatan pesat tutupan tanaman di sana sebagian besar terjadi sejak 2016.
Dilansir dari The Guardian, Jumat (4/10/2024), para ilmuwan memperingatkan bahwa luasnya vegetasi dapat memberikan pijakan bagi spesies invasif asing ke ekosistem Antartika yang masih asli.
Salah satu ilmuwan dalam studi tersebut, Thomas Roland dari Universitas Exeter Inggris, mengatakan Antarktika memang masih didominasi oleh salju, es, dan batu.
Baca juga: Bahaya, Lapisan Es Antarktika Menyusut Drastis dalam 25 Tahun
Akan tetapi, pesatnya tumbuhan yang berkembang di Antarktika membunyikan alarm bahaya yang serius.
"Bahkan wilayah terpencil yang luas ini pun terpengaruh oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," kata Roland.
Roland memperingatkan, kenaikan suhu yang lebih lanjut di masa mendatang akan membuat Antarktika berubah total.
Dalam studi tersebut, para peneliti menyampaikan percepatan pertumbuhan vegetasi di Antarktika sejak 2016 bertepatan dengan dimulainya penurunan luas es laut di sekitar benua tersebut.
Laut terbuka yang lebih hangat kemungkinan mengarah ke kondisi yang lebih basah yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Baca juga: Es Laut Antarktika Alami Rekor Terendah di Musim Dingin
Profesor Andrew Shepherd dari Universitas Northumbria Inggris, yang bukan bagian dari tim studi tersebut, tercengan atas studi terbaru tersebut.
Shepherd menyampaikan, penelitian tersebut mengonfirmasi temuan yang dia dapatkan saat mengunjungi Larsen Inlet,salah satu semenanjung di Antarktika, beberapa tahun lalu.
"Kami mendarat di pantai di bawah Larsen Ice Shelf hingga lapisan es tersebut runtuh pada tahun 1986-1988. Kami menemukan bahwa sekarang ada sungai dengan ganggang hijau yang tumbuh di dalamnya," kata Shepherd.
Dia menambahkan, luasnya tutupan vegetasi di Antarktika menjadi barometer perubahan iklim sekaligus titik kritis bagi wilayah tersebut.
Baca juga: Penyusutan Es Laut Antarktika pada Juli Pecahkan Rekor
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya