Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Carbon Capture Storage, Indonesia Butuh 2,4 Triliun Dollar AS

Kompas.com - 19/01/2025, 13:41 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Carbon, Capture, Storage (CCS) belakangan digembar-gemborkan sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan iklim.

Sering dibilang, Indonesia punya potensiu besar. Cekungan Sunda Asri di barat laut Pulau Jawa, misalnya, bisa menyimpan 577 gigaton CO2.

Sesuai prinsip teknologinya, emisi dari industri akan ditangkap dengan bahan alami ataupun artifisial, kemudian disalurkan dan disimpan jauh di bawah tanah.

Namun, meski narasinya indah dan boleh jadi juga memang cuan, investasi teknologi tersebut tidak murah.

Asisten Deputi Transisi Energi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Farah Heliantina, pemerintah membutuhkan investasi lewat kerjasama swasta dan antar-negara.

"Investasi yang diperlukan untuk mendukung kapasitas CCS hingga 2050 mencapai kurang lebih 2,4 triliun dollar AS," katanya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2025). 

Saat ini, ada 15 proyek CCS yang tengah dikembangkan dengan total investasi 28 miliar dolar AS. Proyek mencakup sektor kilang, petrokimia, hingga pembangkit listrik bahan bakar fosil.

Baca juga: Realisasi Pajak Karbon Nyaris Tak Terdengar

Sejum;lah proyek CCS lain rencananya bakal diluncurkan 2028-2030 lewat kerjasama dengan sektor swasta.

Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda, mengatakan, perusahaan asal malaysia, Bumi Armada, telah membangun fasilitas CCS di Batam.

Diklaim Aman

Belladonna menjelaskan, risiko lingkungan CCS minim. Potensi kebocoran gas CO2 ke udara sangat kecil lantaran kedalaman ruang penyimpanan mencapai 2.000-3.000 meter. 

"CO2 itu tidak mudah meledak, it's not explosive gas. Berbeda sama natural gas atau biotana yang eksplosif, Enggak berbahaya pada konsentrasi tertentu," katanya. 

Apabila penyimpanan mengalami kebocoran, butuh waktu bertahun-tahun bagi gas mencapai atmosfer. Pasalnya, gas karbon dioksida tersebut terjebak di dalam tanah setebal 300 meter. 

"Di saat dia (CO2) tersimpan, ada tiga cara penyimpanannya. Pertama dia terlarut di dalam air atau sisa pori-pori batuan, kedua bisa tersimpan di pori-porinya, ketiga dia terikat di permukaan batuan. Jadi ada tiga trapping mechanism buat CO2-nya, untuk merembes ke atas permukaan tanah enggak semudah itu," kata dia. 

Farah mengatakan, CCS akan berkontribusi menurunkan emisi bersama proyek elektrifikasi dan efisiensi energi. 

"CCS menjadi salah satu kunci yang nanti akan diimplementasikan oleh sektor-sektor yang akan sulit untuk didekarbonisasi," katanya. 

Baca juga: Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau