KOMPAS.com - Inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi) menghapus lebih dari 200 perusahaan dari daftar komitmen nol emisi bersihnya pada tahun 2024 karena gagal memenuhi target.
SBTi sendiri merupakan salah satu kerangka kerja global untuk dekarbonisasi perusahaan.
Dalam hal ini, SBTi akan meminta pertanggungjawaban perusahaan terhadap target pengurangan emisi mereka dengan memastikan perusahaan menetapkan target yang dapat dicapai secara ilmiah.
Di antara perusahaan yang dihapus dari daftar tersebut adalah perusahaan global besar seperti Unilever, Walmart, Microsoft, serta P&G.
Keputusan ini memberikan pukulan telak bagi reputasi masing-masing perusahaan ini, mencoreng keberlanjutan merek mereka.
Kendati demikian SBTi tetap membuka peluang bagi mereka untuk mengajukan kembali target yang lebih dapat dicapai di masa mendatang.
Baca juga:
Mengutip Sustainability Magazine, Selasa (21/1/2025) perusahaan-perusahaan tersebut dikeluarkan karena gagal memenuhi tenggat waktu untuk mengajukan target iklim yang divalidasi.
Dari 1.045 bisnis yang bergabung dalam kampanye antara Juni 2019 dan Oktober 2021, 971 dimasukkan dalam laporan akhir.
Kemudian hampir 30 persen dari perusahaan tersebut dibatalkan komitmennya, termasuk 235 perusahaan yang telah berjanji untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2050.
Alasan penundaan pengajuan tersebut beragam, tetapi tema yang berulang adalah kompleksitas dalam menangani emisi tidak langsung atau Cakupan 3 yang mencakup sebagian besar jejak karbon total perusahaan.
Laporan SBTi juga menyoroti ketidakpastian teknologi sebagai hambatan, dengan 53 persen responden menyatakan kekhawatiran tentang kecepatan kemajuan yang diperlukan untuk mencapai target mereka.
Selain itu, standar yang terus berkembang seperti kriteria Hutan, Lahan, dan Pertanian (FLAG) menyebabkan penundaan bagi bisnis yang menyesuaikan diri dengan persyaratan yang diperbarui.
Baca juga:
Tantangan lain yang disebutkan oleh perusahaan adalah keterbatasan sumber daya.
Keterbatasan ini memengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi persyaratan ketat SBTi, yang menuntut target pengurangan emisi jangka pendek dan jangka panjang yang dapat diverifikasi.
“Kemunduran ini menggarisbawahi pentingnya menciptakan kerangka kerja yang mendukung untuk membantu perusahaan mengatasi hambatan sekaligus memastikan akuntabilitas,” kata Stacy Smedley, Direktur Eksekutif Building Transparency.
Lebih lanjut, meskipun dihapus dari daftar SBTi, sekitar 60 persen perusahaan yang terdampak masih mempertahankan target emisi jangka pendek.
Ini termasuk nama-nama seperti Marks & Spencer, Diageo, dan Microsoft.
“Penghapusan komitmen nol bersih oleh SBTi dari profil kami sama sekali tidak memengaruhi upaya Microsoft yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan ambisius kami yang tidak berubah sejak kami menetapkannya,” tulis Microsoft dalam pernyataannya yang merujuk pada SBTi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya