Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem Ancam Kualitas Air Tanah

Kompas.com - 21/01/2025, 15:12 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Cuaca ekstrem ternyata dapat memengaruhi kualitas dan stabilitas air tanah. Temuan tersebut berdasarkan analisis air tanah jangka panjang dengan menggunakan metode analisis baru.

Berhubung miliaran orang bergantung pada air tanah yang cukup dan bersih untuk minum, memahami dampak iklim yang ekstrem terhadap keamanan air di masa mendatang menjadi sangat penting.

Mengutip Phys, Selasa (20/1/2025) formasi batuan yang mengandung air tanah, disebut akuifer, umumnya diisi ulang melalui presipitasi alias curah hujan yang merembes melalui tanah.

Selama proses tersebut, zat-zat yang diambil di permukaan di keluarkan dari air melalui penyerapan ke mineral tanah atau dimetabolisme oleh mikroorganisme tanah.

Baca juga:

Kementerian ESDM Permudah Izin Pengelolaan Air Tanah Berkelanjutan

Proses penyaringan alami tersebut kemudian menghasilkan sumber daya air tanah yang sangat murni.

Akan tetapi, curah hujan terkadang dapat dengan cepat mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam sehingga tidak terjadi pemurnian dan justru mengangkut sejumlah besar zat terlarut dari permukaan serta lapisan tanah atas ke akuifer air tanah.

Itu terjadi setelah curah hujan ekstrem dan periode kekeringan.

Kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan retakan besar di tanah dan juga mengurangi penyerapan air hujan di lapisan tanah atas.

Dalam kondisi seperti itu, air mengalir langsung ke air tanah, sungai, danau, dan laut.

Akibatnya, air tanah kemudian tidak terisi kembali secara memadai, tetapi juga terkontaminasi dengan zat-zat yang tidak diinginkan dan berpotensi berbahaya dari permukaan dan lapisan tanah atas.

Zat-zat ini dapat mencakup, misalnya, bahan organik, herbisida dan pestisida, produk mikroba seperti antibiotik, serta polutan lainnya.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil studi peneliti dari Institut Biogeokimia Max Planck yang melakukan analisis air tanah jangka panjang di Jerman.

Baca juga: Kekeringan Berdurasi Panjang Makin Umum Terjadi di Seluruh Dunia

Dan selama 8 tahun analisis, para ilmuwan menemukan tren jangka panjang yang konsisten yakni meningkatnya jumlah zat organik yang berasal dari permukaan yang terakumulasi di air tanah, serta menurunnya permukaan air tanah.

Selain itu, mereka dapat dengan jelas menghubungkan peningkatan kontaminasi air tanah tersebut dengan peristiwa cuaca ekstrem, khususnya dengan kekeringan pada tahun 2018.

"Hasil kami menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim telah mengubah kualitas air tanah dan dinamika pengisiannya kembali," kata Simon A. Schroeter, salah satu peneliti studi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Produsen Energi Fosil Sebabkan Kerugian Ekonomi Paling Besar akibat Perubahan Iklim

Produsen Energi Fosil Sebabkan Kerugian Ekonomi Paling Besar akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Gara-gara Trump, Investor Global Tarik Investasi Berkelanjutan Rp 144 Triliun

Gara-gara Trump, Investor Global Tarik Investasi Berkelanjutan Rp 144 Triliun

Swasta
UNESCO Resmikan 16 Geopark Baru, 2 dari Indonesia

UNESCO Resmikan 16 Geopark Baru, 2 dari Indonesia

Pemerintah
Kearifan Lokal Perlu Dilibatkan dalam Penanggulangan Krisis Iklim

Kearifan Lokal Perlu Dilibatkan dalam Penanggulangan Krisis Iklim

LSM/Figur
Kemenkeu Sebut APBN Gelontorkan Rp 610,12 Triliun untuk Aksi Iklim

Kemenkeu Sebut APBN Gelontorkan Rp 610,12 Triliun untuk Aksi Iklim

Pemerintah
Indonesia Bisa Ciptakan 2 Juta Green Jobs jika Jadi Hub Produksi EV

Indonesia Bisa Ciptakan 2 Juta Green Jobs jika Jadi Hub Produksi EV

Swasta
Indonesia Bisa Jadi Pemasok Besar Hidrogen Hijau Dunia, Begini Strateginya

Indonesia Bisa Jadi Pemasok Besar Hidrogen Hijau Dunia, Begini Strateginya

LSM/Figur
Sebar Kurban di Pelosok Maluku, Human Initiative Hadirkan Harapan untuk Warga

Sebar Kurban di Pelosok Maluku, Human Initiative Hadirkan Harapan untuk Warga

Advertorial
Mangrove Rumah bagi 700 Miliar Satwa Komersial, Kerusakannya Picu Krisis

Mangrove Rumah bagi 700 Miliar Satwa Komersial, Kerusakannya Picu Krisis

LSM/Figur
Ekspansi Pembangkit Listrik Gas Dikhawatirkan Bikin Energi Terbarukan Jalan di Tempat

Ekspansi Pembangkit Listrik Gas Dikhawatirkan Bikin Energi Terbarukan Jalan di Tempat

LSM/Figur
97 Persen Pemimpin Perusahaan Global Desak Transisi Listrik Terbarukan

97 Persen Pemimpin Perusahaan Global Desak Transisi Listrik Terbarukan

Swasta
PLN Mengaku Siap Kaji Pensiun Dini PLTU Batu Bara

PLN Mengaku Siap Kaji Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Pemerintah
Konsumen dan Investor akan Semakin Kritis terhadap 'Sustainability Washing'

Konsumen dan Investor akan Semakin Kritis terhadap "Sustainability Washing"

Swasta
Perusahaan yang Gabungkan AI dan Keberlanjutan Raih Keuntungan Lebih Tinggi

Perusahaan yang Gabungkan AI dan Keberlanjutan Raih Keuntungan Lebih Tinggi

Swasta
MIND ID-PT Timah Kembangkan Proyek Logam Tanah Jarang

MIND ID-PT Timah Kembangkan Proyek Logam Tanah Jarang

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau