KOMPAS.com - Survei global dari Capgemini Research Institute mengungkap, 6 dari 10 (62 persen) kalangan bisnis berencana menaikkan anggaran keberlanjutan pada 2025.
Peningkatan anggaran yang besarnya sekitar 10,5 itu akan tetp dilakukan meski politik dan ekonomi tidak pasti.
Hampir tiga perempat (72 persen) pemimpin perusahaan mengatakan, mereka meningkatkan investasi dalam teknologi rendah karbon.
Selain itu, 6 dari 10 perusahaan ini akan meningkatkan investasi untuk inisiatif perlindungan dan/atau pemulihan alam serta pengelolaan air.
Bisnis rupanya semakin memperhitungkan potensi risiko jangka panjang pemanfaatan alam dan air.
Laporan Capgemini bertajuk "Navigating Uncertainty with Confidence: Investment Priorities for 2025" itu dipaparkan di Pertemuan Tahunan World Economic Forum di Davos 2025.
Baca juga: 5 Istilah dalam Keberlanjutan yang Perlu Diketahui
Laporan disusun berdasarkan survei pada sekitar 2500 pebisnis di 17 negara, di mana negara berkembang diwakili India dan Brazil.
Selain fakta tersebut, Capgemini juga menemukan bahwa 7 dari 10 eksekutif mengantisipasi regulasi lebih ketat terkait keberlanjutan lingkungan.
Sementara, dua pertiga menyatakan bahwa regulasi yang lebih ketat tentang lingkungan juga mendorong inisiatif baru.
Survei mengungkap, perusahaan menggunakan keberlanjutan sebagai cara untuk mengatasi tantangan yang terus-menerus seperti rantai pasok, harga energi dan komoditas yang tinggi.
Laporan mengidentifikasi peningkatan efisiensi energi dan material sebagai cara utama untuk mencapai pengurangan biaya perusahaan sekaligus juga mendorong perbaikan lingkungan.
Ketahanan rantai pasok menjadi prioritas investasi bagi kalangan bisnis, dengan 63 persen pemimpin menyebutkan kebutuhan mendesak untuk merespons.
Baca juga: Tenaga Kerja Bidang Keberlanjutan Makin Diminati di Indonesia
Lalu, baik secara operasional maupun dalam rantai pasokan, laporan menyoroti potensi teknologi digital.
“Menjelang tahun 2025, para pemimpin bisnis menavigasi ketidakpastian dengan sikap percaya diri dan ketahanan melalui investasi teknologi," kata CEO Capgemini, Aiman Ezzat.
“Dengan fokus pada inovasi, rantai pasokan, dan keberlanjutan para pemimpin akan mempersiapkan diri untuk berhasil dalam lingkungan yang tidak pasti dan membangun organisasi yang tangguh dan mudah beradaptasi. Yang terpenting, ini akan membantu membentuk ekonomi global yang lebih inovatif, berkelanjutan, dan inklusif,” tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya